LAPORAN INDIVIDUKEGIATAN PENGENALAN PERTANIAN 2015Disusun oleh :Singgah Sima Dewi(135140115)PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”YOGYAKARTA2015
LAPORAN INDIVIDU KEGIATANPENGENALAN PERTANIANLaporan ini disusun sebagai syarat untuk melengkapi kurikulum mata kuliah Pengenalan Pertanian Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.Yogyakarta, Januari 2015MengetahuiAsisten Dosen Pembimbing LapanganM. Marzuki Nur Fanani Ayu Kumala SariNIM : 134130047 NIM :135130018Dosen Pembimbing LapanganNIP : 19640625 199003 2 001 NIP : 19670508 196903 2 001
KATA PENGANTARPuji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah Pengenalan Pertanian dengan tepat waktu. Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan praktikum, khususnya kepada :1. Ir. Susilowati, MP dan Ir. Indah Widowati, MP selaku dosen pembimbing lapangan kelompok 132. Ayu Kumala Sari dan M. Marzuki Nur Fanani, selaku asisten kelompok 13 yang telah banyak membantu menyelesaikan praktikum serta membantu dalam penyusunan laporan resmi praktikum Pengenalan Pertanian3. Seluruh asisten Dosen dan Asisten Dosen praktikum Pengenalan Pertanian4. Seluruh teman-teman Fakultas Pertanian angkatan 2014 yang melaksanakan praktikum Pengenalan Pertanian, serta semua pihak yang terlibat dalam pesusunan laporan ini.Secara khususnya lagi penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan yang besar kepada penulis dalam menyelesaikan laporan praktikum ini. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan laporan ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin.Dalam penulisan praktikum ini penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan kedepan.Penulis
DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL.......................................................................................... iLEMBAR PENGESAHAN............................................................................... iiKATA PENGANTAR....................................................................................... iiiDAFTAR ISI....................................................................................................... ivDAFTAR TABEL.............................................................................................. vDAFTAR GAMBAR.......................................................................................... viBAB IA. Pelaksanaan............................................................................................... 1B. Tujuan Praktikum...................................................................................... 1C. Latar Belakang.......................................................................................... 1BAB IIA. Pengenalan Profil Tanah............................................................................ 7B. Pengenalan Budidaya Tanaman Tahap Pra-Produksi................................ 211. Tanaman Padi...................................................................................... 212. Tanaman Cabai.................................................................................... 23C. Pengenalan Budidaya Tanaman Tahap Produksi...................................... 251. Tanaman Padi...................................................................................... 252. Tanaman Cabai.................................................................................... 28D. Pengenalan Budidaya Tanaman Tahap Pasca Panen................................. 311. Tanaman Padi..................................................................................... 312. Tanaman Cabai................................................................................... 323. Sub Terminal Agribisnis (STA) Sewukan.......................................... 32E. Pengenalan Kehidupan Sosial Ekonomi Petani......................................... 35F. Pengenalan Pertanian dalam Skala Industri.............................................. 401. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya............................................... 402. Ruang Lingkup Kegiatan.................................................................... 42
BAB IIIA. Kesimpulan................................................................................................ 43B. Saran.......................................................................................................... 44DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
DAFTAR TABELTabel 1. Morfologi TanahTabel 2. Sketsa Profil TanahTabel 3. Usaha Tanaman SemusimTabel 4. Pola Pergiliran Tanaman
DAFTAR GAMBARGambar 1. Pengolahan Tanah pada Budidaya Tanaman CabaiGambar 2. Profil TanahGambar 3. Struktur TanahGambar 4. Pengukuran PH TanahGambar 5. Ternak Milik PetaniGambar 6. Panen TimunGambar 7. Pasca Panen TimunGambar 8. Wawancara dengan Pedagang di STAGambar 9. Kunjungan di Sabila Farm
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Pelaksanaan
Praktikum
pengenalan pertanian dilaksanakan pada :
Hari
: Minggu-Rabu
Tanggal : 11-14 Januari 2015
Tempat : Desa Sewukan, Dukun, Magelang, Jawa
Tengah
B.
Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan laporan praktikum pengenalan pertanian adalah sebagai
berikut :
1. Untuk
mengetahui pembuatan profil tanah, jenis tanah dan kesesuaian lahan
2. Untuk
mengetahui budidaya tanaman tahap pra-produksi pada tanaman padi dan cabai
3. Untuk
mengetahui budidaya tanaman tahap produksi pada tanaman padi dan cabai
4. Untuk
menegtahui budidaya tanaman tahap pasca panen pada tanaman padi dan cabai
5. Untuk mengetahui kehidupan sosial
ekonomi petani
6. Untuk mengenal pertanian dalam skala
industri
C.
Latar Belakang
Tanah merupakan hasil evolusi dan
mempunyai susunan teratur yang unik yang terdiri dari lapisan-lapisan atau
horison-horison yang berkembang secara genetik. Proses-proses pembentukan tanah
atau perkembangan horison dapat dilihat sebagai penambahan, pengurangan,
perubahan atau translokasi. Dengan demikian, di dalam tanah terdapat empat komponen utama, yaitu bahan mineral,
bahan organik, udara, dan air tanah. Keberadaan tanah di muka bumi ini
memberikan banyak fungsi dan manfaat bagi setiap makhluk hidup yang ada di muka
bumi ini. Tanah itu pada mulanya hanya digunakan sebagai tempat untuk berpijak
dari umat manusia dan sebagai sumber air yang juga merupakan sumber kehidupan
bagi makhluk hidup. Lalu tanah tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah
lahan yang digunakan sebagai media tanam, utamanya untuk lahan pertanian.
Hingga saat ini, tanah tersebut telah mempunyai fungsi sebagai lahan
pembangunan yang saat ini marak dilakukan. Meskipun tanah bersifat
multifungsional, tetapi tanah ini juga mempunyai variasi-variasi sehingga tanah
tersebut juga diklasifikasikan. Untuk mengklasifikasi tanah tersebut, hal yang
perlu diperhatikan ialah profil dari tanah tersebut (Yuliyanti, 2013). Pengenalan
tanah di lapangan dilakukan dengan mengamati dan menjelaskan sifat-sifat profil
tanah. Profil tanah tersebut dapat dipelajari dan diamati dengan mengenali
tanah dengan dinding lubang vertikal ke lapisan paling bawah. Berdasarkan
uraian diatas, pengamatan pengenalan profil tanah perlu untuk dilakukan. Untuk
mengetahui sifat fisik, kimia dan biologi serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Padi dan
holtikultura merupakan bahan pangan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu sebagai bahan pangan pokok utama padi dan holtikultura memegang
posisi yang strategis untuk dikembangkan. Keperluan akan bahan pangan
senantiasa menjadi permasalahan yang tidak putus-putusnya.
Kekurangan pangan seolah-olah sudah menjadi persoalan akrab dengan manusia.
Kegiatan pertanian yang meliputi budaya bercocok tanam merupakan kebudayaan
manusia yang paling tua. Seiring dengan peningkatan peradaban manusia, teknik
budidaya tanaman juga berkembang menjadi berbagai sistem, mulai dari sistem
yang paling sederhana hingga sistem yang canggih (Anonim, 2012). Berbagai
teknologi budidaya dikembangkan guna mencapai produktivitas yang diinginkan. Pemenuhan kebutuhan pangan terus berpacu
dengan pertambahan jumlah penduduk. Swasembada beras yang dicapai sejak tahun
1984 harus tetap dilestarikan mengingat import beras akan berdampak politis,
karena itu beras merupakan komoditi strategis. Masalah pearalihan lahan-lahan
pertanian produktif ke sektor non pertanian, keragaman tipe lahan dan iklim,
adopsi teknologi di tingkat pertanian, dan lamanya kepemilikan modal secara
umum menjadi penyebab tingkat produktivitas usaha tani yang rendah. Prospek
pengembangan komoditi holtikultura dimasa mendatang sebenarnya sangat cerah,
mengingat kebutuhan konsumsi dalam negeri yang belum terpenuhi serta pangsa
pasar import yang cukup besar, khususnya ke negara-negara Timur Tengah, Jepang,
bahkan Eropa. Memasuki era globalisasi dalam abad industrilisasi, negara-negara
maju mulai meninggalkan sektor industri yang bersifat padat karya, semakin
digemarinya buah-buahan tropika akhir-akhir ini merupakan potensi pasar yang
perlu diisi, ternyata sumbangan export buah-buahan di Indonesia hanya 0,01%
dari total kebutuhan tanaman pangan dunia. Di Indonesia terdapat beragam jenis
tanaman pangan (termasuk tanaman holtikultura) yang dapat diusahakan
sepanjang tahun. Keadaan ini merupakan potensi tersendiri dalam memasok kebutuhan
tanaman pangan dunia. Permasalah pertanian ini merupakan tantangan sekaligus
prospek bagi para ahli profesional dibidang budidaya tanaman pangan dan
hortikultura. Tidak hanya peningkatan kualitas dan kuantitas intensifikasi
ekstansifikasi dan deversifikasi komoditi, tetapi diperlukan juga pengelola
yang berwawasan luas, terampil serta berperan aktif sebagai motivator dan
innovator dalam mengisi pembangun pertanian di sektor tanaman pangan dan
hotikultura (Teguh, 2011).
Food security ratio beras domestik
pada saat ini baru mencapai 4.38 persen. Oleh karena itu masih diperlukan upaya
keras dalam meningkatkan produksi padi
dalam rangka peningkatan ketahanan pangan nasional. Di sisi lain masalah dan
tantangan yang dihadapi Indonesia untuk mencapai status ketahanan pangan mantap
cukup berat. Dalam lingkup mikro, dengan semakin berkurangnya lahan usahatani
sementara jumlah rumahtangga usahatani semakin meningkat, maka jumlah petani
tidak berlahan yang berstatus sebagai penggarap dan buruh tani semakin meningkat
dan cenderung mengubah sistem kelembagaan pengelolaan lahan usahatani di
perdesaan yaitu meningkatnya sistem sewa dan bagi hasil atau sakap. Dalam
lingkup mikro, tekanan terhadap lahan usahatani padi serta keterbatasan
infrastruktur pertanian (terutama irigasi) juga berpotensi melemahnya daya
saing usahatani padi relative terhadap usahatani pangan lainnya yang tidak
memerlukan pengairan secara intensif (jagung dan kedele) seperti halnya pada
usahatani padi. Dalam konteks diversifikasi pangan, meningkatnya daya saing
usahatani pangan non padi akan bersifat positif dalam mendorong peningkatan
produksi pangan non padi dan peningkatan diversifikasi pangan sepanjang pola
konsumsi karbohidrat masyarakat dapat dengan mudah bergeser dari beras ke
komoditas pangan lokal sumber kabohidrat lainnya. Dalam lingkup makro, tanpa
perlindungan yang memadai dari pemerintah terhadap usahatani padi, maka dampak
globalisasi perdagangan akan menghilangkan daya saing komoditas pangan lokal
(khususnya beras) di pasar internasional (Anonim, 2015).
Indonesia mempunyai keunggulan komparatif di sektor
agribisnis. Upaya-upaya untuk meraih keunggulan komparatif dapat dilakukan
melalui usaha yang efektif dan efisien, serta melalui pengembangan pertanian
yang berorientasi agribisnis dengan meningkatkan nilai tambah produk-produk
tersebut melalui penanganan pascapanen dan pengolahan, yang didukung strategi
dan fasilitas pemasaran yang handal. Agribisnis merupakan sektor yang diyakini
mampu membawa kemandirian ekonomi nasional, mempercepat peningkatan
kesejahteraan masyarakat, serta memperbaiki distribusi pendapatan yang berbasis
pada keadilan dan pemerataan. Beberapa hal yang mendukung keyakinan tersebut
antara lain adalah :
1.
Agribisnis
merupakan sektor yang memiliki keunggulan komparatif, sehingga dengan
pengelolaan profesional akan mampu mencapai keunggulan kompetitif yang tinggi,
baik di pasar domestik maupun ekspor.
2.
Agribisnis
memiliki potensi pasar, karena manfaat produknya yang secara kontinyu dan
intensif dibutuhkan oleh masyarakat.
3.
Lebih
dari 90% wirausahawan (terutama skala UKM dan Koperasi) bergerak di sektor
agribisnis, dan lebih dari 80% tenaga kerja diserap oleh sektor tersebut (mulai
dari kota sampai dengan desa) (Feryanto, 2010).
Magelang dan sekitarnya merupakan daerah yang mempunyai
potensi sebagai penghasil produk-produk agribisnis di Jawa Tengah, terutama
produk-produk sayuran (brokoli, buncis, bunga kol, cabe, gambas, jagung manis,
jipang, kapri, kacang panjang, dan lain-lain). Potensi tersebut mendorong berkembangnya
pasar lintas kota dan sebagai pemasok produk-produk agribisnis bagi masyarakat
di sekitarnya. Dengan demikian eksistensi Sub Terminal Agribisnis (STA) di Desa
Sewukan Magelang merupakan hal yang tepat dan relevan. STA tersebut mempunyai
fungsi sebagai pusat perdagangan dan transaksi produk-produk agribisnis yang
terintegrasi dengan berbagai fasilitas kegiatan penunjangnya. Kondisi tersebut
ditujukan untuk memperlancar kegiatan pemasaran dan distribusi produk-produk
agribisnis yang dilaksanakan masyarakat, baik sebagai produsen, sebagai
pedagang, maupun sebagai konsumen.
Para perancang
pembangunan Indonesia pada awal masa pemerintahan Orde Baru telah merancang
pembangunan jangka panjang secara bertahap yang di teruskan sampai sekarang.
Pada tahap pertama, pembangunan dititikberatkan pada pembangunan sektor
pertanian dan industri penghasil sarana produksi pertanian. Pada tahap kedua,
pembangunan dititikberatkan pada industri pengolahan penunjang pertanian
(agroindustri) yang selanjutnya secara bertahap dialihkan pada pembangunan
industri mesin dan logam. Rancangan pembangunan seperti demikian, diharapkan
dapat membentuk struktur perekonomian Indonesia yang serasi dan seimbang,
tangguh menghadapi gejolak internal dan eksternal. Pada saat Indonesia memulai
proses pembangunan secara terencana pada tahun 1969, pangsa sektor pertanian
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai lebih dari 40 persen, sementara itu
serapan tenaga kerja pada sektor pertanian mencapai lebih dari 60 persen. Fakta
inilah yang kemudian mengilhami penyusunan rencana, strategi dan kebijakan yang
mengedepankan pembangunan pertanian sebagai langkah awal proses pembangunan. Pendekatan
pembangunan pertanian selama pemerintahan Orde Baru dilaksanakan dengan
pendekatan komoditas. Pendekatan ini dicirikan oleh pelaksanaan pembangunan
pertanian berdasarkan pengembangan komoditas secara parsial (sendiri-sendiri)
dan lebih berorientasi pada peningkatan produksi dibanding peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan petani. Namun pendekatan komoditas ini mempunyai
beberapa kelemahan mendasar, yaitu tidak memperhatikan keunggulan komparatif
tiap komoditas, tidak memperhatikan panduan horizontal, vertikal dan spatial berbagai
kegiatan ekonomi, dan kurang memperhatikan aspirasi dan pendapatan petani. Oleh
karena itu, pengembangan komoditas seringkali sangat tidak efisien dan
keberhasilannya sangat tergantung pada besarnya subsidi dan proteksi
pemerintah, serta kurang mampu mendorong peningkatan pendapatan petani.
Menyadari akan hal tersebut di atas, maka pendekatan pembangunan pertanian harus diubah dari pendekatan komoditas menjadi pendekatan sistem agribisnis (Rusli, 2014). Seiring dangan hal ini, maka orientasi pembangunan pertanian juga akan mengalami perubahan dari orientasi peningkatan produksi menjadi orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Menyadari akan hal tersebut di atas, maka pendekatan pembangunan pertanian harus diubah dari pendekatan komoditas menjadi pendekatan sistem agribisnis (Rusli, 2014). Seiring dangan hal ini, maka orientasi pembangunan pertanian juga akan mengalami perubahan dari orientasi peningkatan produksi menjadi orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Memasuki era
globalisasi yang dicirikan oleh persaingan perdagangan internasional yang
sangat ketat dan bebas, pembangunan pertanian semakin dideregulasi melalui
pengurangan subsidi, dukungan harga dan berbagai proteksi lainnya. Kemampuan
bersaing melalui proses produksi yang efisien merupakan pijakan utama bagi
kelangsungan hidup usahatani (Hanafi, 2013). Sehubungan dengan hal tersebut,
maka partisipasi dan kemampuan wirausaha petani merupakan faktor kunci
keberhasilan pembangunan pertanian.
BAB II
KEGIATAN PENGENALAN PERTANIAN
A. Pengenalan
Profil Tanah, Jenis Tanah, dan Kesesuaian Lahan
Tanah (soil)
adalah suatu wujud alam yang terbentuk dari campuran hasil pelapukan batuan, bahan organik, bahan anorganik, air
dan udara yang menempati
bagian paling atas litosfer (Rahmat dan Yani, 2007).
Tanah
terbentuk dari pencampuran komponen penyusun tanah yang bersifat heterogen dan
beraneka. Terdapat 4 komponen utama penyusun tanah mineral yang tidak dapat
dipisahkan dengan pengamatan yang hanya menggunakan mata telanjang (Sutanto,
2005). Komponen tanah tersebut dipilahkan menjadi 3 fase penyusun tanah, yakni:
a. Fase padat : bahan mineral
dan bahan organik
b. Fase cair : lengas tanah
dan air tanah
c. Fase gas : udara tanah
Proses pembentukan tanah adalah perubahan dari bahan induk menjadi lapisan
tanah. Perkembangan tanah dari bahan induk yang padat menjadi bahan induk yang
agak lunak, selanjutnya berangsur-angsur menjadi tanah pada lapisan bawah
(subsoil) dan lapisan tanah bagian atas (topsoil), dalam jangka waktu lama
sampai ratusan tahun hingga ribuan tahun. Perubahan-perubahan dari batuan induk
sampai menjadi tanah karena batuan induk mengalami proses pelapukan, yaitu
proses penghancuran karena iklim (Anonim, 2012). Pelapukan digolongkan dalam
tiga bentuk :
a.
Pelapukan fisik
b.
Pelapukan kimia
c.
Pelapukan biologis
Pelapukan fisik sering disebut juga alterasi yakni proses pemecahan dan
pelembutan batuan tanpa mengalami perubahan susunan kimia dan tidak ada
pembentukan mineral baru. Pelapukan kimia adalah proses pelapukan dan
penguraian pecahan-pecahan batuan dan mineral-mineral ke dalam unsur-unsur
penyusunnya yang biasa disertai dengan pembentukan mineral-mineral baru.
Pelapukan biologis adalah pelapukan yang disebabkan kegiatan tanaman dan hewan,
baik yang tingkat tinggi maupun yang tingkat rendah. Dalam proses pemecahan
batuan induk menjadi tanah terjadi aktivitas hidup organisme. Bakteri autotrof
dan lumut-lumut pada waktu mati menjadi bahan organik bagi kehidupan organisme
yang lain. Tumbuhan tingkat tinggi berperan dengan aktivitas akar-akarnya masuk
dicelah-celah retakan batuan dan seterusnya (Anonim, 2012).
Tanah terbentuk melalui proses pelapukan dan pengendapan batu-batuan (bahan
organik dan bahan anorganik) di bawah iklim tropika basah sehingga tanah-tanah
di Indonesia umumnya memiliki kedalaman tanah yang tebal. Kepulauan Indonesia
yang dulunya merupakan wilayah laut dengan endapan sedimen dan juga daerah yang
kaya dengan gunung api. Dengan demikian, tanah di indonesia banyak yang berasal
dari batuan sedimen yang mengalami pengangkatan dan bahan gunung api diikuti
pengerjaan oleh tenaga endogen dan eksogen seperti tenaga air (aquatis).
(Khosim dan Lubis, 2007). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pembentukan tanah, antara lain:
a.
Iklim
b.
Organisme
c.
Batuan Induk
d.
Vegetasi
e.
Relief (tinggi rendahnya permukaan)
f.
Waktu
Iklim ini terbagi menjadi dua, yaitu suhu dan curah hujan. Suhu akan
berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila fluktuasi suhu
tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah
juga cepat. Sedangkan, curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan
pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi
asam (pH tanah menjadi rendah) (Anonim, 2012). Pengaruh suhu terhadap
pembentukan tanah dapat terjadi dalam dua cara, yakni memperbesar
evapotranspirasi (penguapan tanah) sehingga mempengaruhi tingkat kelembaban
tanah dan mempercepat reaksi kimia dalam tanah. Dalam pembentukan tanah, yang
berpengaruh adalah kandungan jumlah air dalam tanah. Suhu udara dan curah hujan
yang tinggi dapat
melakukan proses pelapukan
dan pencucian yang berlangsung cepat.
Akibatnya, banyak yang
mengalami pelapukan lanjut sehingga kadar unsur haranya rendah dan
bereaksi asam (Hartono, 2007). Organisme sangat berpengaruh terhadap proses
pembentukan tanah dalam hal :
a.
Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik
maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan
oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi terjadi
oleh proses kimia seperti batu kapur yang larut oleh air.
b.
Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan
menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang
menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan
jasad renik atau mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
c.
Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah
sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika.
Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan
vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan
organik yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
d.
Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman
berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis tanaman cemara akan memberi unsur-unsur
kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di
bawah pohon cemara, derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah yang ada di
bawah pohon jati (Anonim, 2012).
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen
(endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan
induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang terdapat
di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang
sama dengan bahan induknya. Bahan induk terkadang masih terlihat pada tanah
baru, misalnya tanah bertekstur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan
pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan memengaruhi
intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi di atasnya. Bahan induk yang banyak
mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula,
akibatnya pencucian asam silikat dapat dihindari dan sebagian lagi dapat
membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang
kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah (Anonim, 2012). Keadaan
relief suatu daerah akan memengaruhi :
a.
Tebal atau tipisnya lapisan tanah, daerah yang
memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi,
sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.
b.
Sistem drainase, daerah yang drainasenya jelek seperti
sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan dan
pencucian yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin tua.
Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan,
sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses
pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut
menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua (Anonim, 2012).
Tanah muda ditandai oleh masih tampaknya pencampuran antara bahan organik
dan bahan mineral atau masih tampaknya struktur bahan induknya. Contoh tanah
muda adalah tanah aluvial, regosol, dan litosol. Tanah dewasa ditandai oleh
proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah
dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horizon B. Contoh tanah dewasa adalah
andosol, latosol, dan grumusol. Tanah tua proses pembentukan tanah berlangsung
lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada
perlapisan tanah. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan
latosol tua (laterit) (Anonim, 2012). Lamanya waktu yang diperlukan untuk
pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti
abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun
untuk membentuk tanah muda dan 1.000–10.000 tahun untuk membentuk
tanah dewasa. Dengan melihat perbedaan sifat faktor-faktor pembentuk tanah
tersebut, pada suatu tempat tentunya akan menghasilkan ciri dan jenis tanah
yang berbeda-beda pula. Sifat dan jenis tanah sangat tergantung pada
sifat-sifat faktor pembentukan tanah. Kepulauan Indonesia mempunyai berbagai
tipe kondisi alam yang menyebabkan adanya perbedaan sifat dan jenis tanah di
berbagai wilayah, akibatnya tingkat kesuburan tanah di Indonesia juga
berbeda-beda (Anonim, 2012).
Warna merupakan salah satu sifat fisik tanah yang lebih banyak digunakan
untuk pendeskripsian karakter tanah, karena tidak mempunyai efek langsung
terhadap tetanaman tetapi secara tidak langsung berpengaruh lewat dampaknya
terhadap temperatur dan kelembapan tanah. Warna tanah dapat meliputi putih,
merah, coklat, kelabu, kuning dan hitam, kadangkala dapat pula kebiruan atau
kehijauan. Kebanyakan tanah mempunyai warna yang tidak murni, tetapi campuran
kelabu, coklat dan bercak, kerapkali 2-3 warna terjadi dalam bentuk spot-spot,
disebut karatan (Tan, 1995).
Pengamatan
warna tanah dengan indera menunjukkan warna tanah yang bervariasi,
menggambarkan petunjuk tentang sifat-sifat tanah. Sifat tanah yang berkaitan
dengan warna tanah kandungan bahan organik, kondisi drainase yang serasi. Warna
tanah digunakan dalam menentukan klasifikasi tanah dan mencirikan perbedaan
horizon-horizon tanah, atas dasar warnanya yang muncul sebagai akibat gaya-gaya
aktif dalam proses pembentukan tanah. Intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor berikut
:
a.
Jenis mineral dan jumlahnya
b.
Kandungan bahan organik tanah, dan
c.
Kadar air tanah dan tingkat hidratasi.
Tanah yang mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur,
kuarsa dapat menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis mineral feldspar
menyebabkan beragam warna dari putih sampai merah. Hematit dapat menyebabkan
warna tanah menjadi merah sampai merah tua. Makin tinggi kandungan bahan
organik maka warna tanah makin gelap (kelam) dan sebaliknya makin sedikit
kandungan bahan organik tanah maka warna tanah akan tampak lebih terang. Tanah
dengan kadar air yang lebih tinggi atau lebih lembab hingga basah menyebabkan
warna tanah menjadi lebih gelap (kelam).
Pengamatan dilapangan pada umumnya didasarkan atas
type struktur, klas struktur dan derajat struktur. Ada macam-macam tipe
tanah dan pembagian menjadi bermacam-macam klas pula. Di sini akan dibagi
menjadi 7 tipe tanah yaitu tipe lempeng
( platy ), tipe tiang, tipe gumpal ( blocky ), tipe remah ( crumb ), tipe
granulair, tipe butir tunggal dan tipe pejal ( masif ). Dengan pembagian kelas
yaitu dengan fase sangat halus, halus, sedang, kasar dan sangat kasar.
Untuk semua tipe tanah dengan ukuran kelas berbeda-beda untuk
masing-masing tipe. Berdasarkan tegas dan tidaknya agregat tanah dibedakan atas
:
a.
Tanah tidak beragregat dengan struktur pejal atau
berbutir tunggal, tanah lemah ( weak ) yaitu tanah yang jika tersinggung
mudah pecah menjadi pecahan-pecahan yang masih dapat terbagi lagi menjadi
sangat lemah dan agak lemah tanah.
b.
Sedang atau cukup yaitu tanah berbentuk agregat
yang jelas yang masih dapat dipecahkan, tanah kuat (strong) yaitu tanah yang
telah membentuk agregat yang tahan lama dan jika dipecah terasa ada tahanan
serta dibedakan lagi atas sangat kuat dan cukupan (Koorevaar, 1987).
Struktur tanah adalah penyusunan (arrangement) partikel-partikel
tanah primer seperti pasir, debu dan lempung membentuk agregat-agregat yang
satu agregat dengan agregat lainnya dibatasi oleh bidang belah alami yang
lemah. Struktur horison-horison tanah sering berbeda satu dengan yang lainnya
dan merupakan penciri yang penting dari sifat tanah, sama halnya dengan tekstur
dan warna tanah. Struktur dapat memodifikasikan pengaruh tekstur dalam
hubungannya dengan porositas, tersedianya unsur hara kegiatan jasad hidup dan
pertumbuhan. Struktur tanah yang sempurna mampu memperbaiki sistem aerasi dan
gerakan air (Bale, 2001).
Proses
pelapukan adalah berubahnya bahan penyusun
didalam tanah dari bahan penyusun batuan.
Sedangkan proses perkembangan tanah adalah
terbentuknya lapisan tanah yang menjadi ciri, sifat,
dan kemampuan yang khas dari masing-masing jenis tanah.
Contoh proses pelapukan adalah hancurnya batuan secara
fisik, sedangkan contoh untuk peristiwa
perkembangan tanah adalah terbentuknya horison tanah, latosolisasi (Darmawijaya,
1990 ).
Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara
manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari
telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan
butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut :
a.
Pasir, apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak
melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan.
b.
Pasir berlempung, apabila rasa kasar terasa jelas,
sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur.
c.
Lempung berpasir, apabila rasa kasar agak jelas, agak
melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur.
d.
Lempung, apabila tidak terasa kasar dan tidak licin,
agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan
dengan permukaan mengkilat.
e.
Lempung berdebu, apabila terasa licin, agak melekat,
dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat.
f.
Debu, apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat
dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat.
g.
Lempung berliat, apabila terasa agak licin, agak
melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak
mudah hancur.
h.
Lempung liat berpasir, apabila terasa halus dengan
sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan
dapat dibentuk gulungan mudah hancur.
i.
Lempung liat berdebu, apabila terasa halus, terasa
agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk
gulungan dengan permukaan mengkilat.
j.
Liat berpasir, apabila terasa halus, berat tetapi
sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
k.
Liat berdebu, apabila terasa halus, berat, agak licin,
sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
l.
Liat, apabila terasa berat dan halus, sangat lekat,
dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan (Hardjowigeno,
1992).
Tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah,
karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam
tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah
umumnya dipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi
kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap. Sedangkan dilapisan
bawah, dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah banyak
dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam tanah. 3 H2O
(limonit) yang berwarna kuning cokelat. Sedangkan pada tanah yang
kadang-kadang basah dan kadang-kadang kering, maka selain berwarna
abu- abu (daerah yang tereduksi) didapat pula becak-becak karatan merah
atau kuning, yaitu di tempat-tempat dimana udara dapat masuk, sehingga terjadi
oksidasi besi ditempat tersebut. Keberadaan jenis mineral dapat
menyebabkan warna lebih terang (Hardjowigeno, 1992). Konsistensi tanah menunjukkan
integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi
butir-butir tanah dengan benda lain. Konsistensi adalah salah satu sifat fisika
tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan
dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar
partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai
kelembaban tanah.
Tingkat
Kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir
tanah dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori :
1) Tidak Lekat (Nilai
0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau benda lain.
2) Agak Lekat
(Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain.
3) Lekat (Nilai
2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain.
4) Sangat Lekat
(Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau benda lain.
Tingkat
Plastisitas, yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan, ini dibagi 4
kategori berikut:
1) Tidak
Plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak dapat membentuk gulungan tanah.
2) Agak Plastis
(Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan tanah kurang dari 1
cm.
3) Plastis
(Nilai 2): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan
diperlukan sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut.
4) Sangat Plastis
(Nilai 3): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan
diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut.
Pada kondisi
kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori sebagai
berikut:
1) Lepas (Nilai
0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau antar butir tanah
mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).
2) Sangat gembur
(Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur bila diremas.
3) Gembur
(Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat
menghancurkan gumpalan tanah.
4) Teguh atau kokoh
(Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat saat meremas
tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah.
5) Sangat teguh
atau sangat kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan
berkali-kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan tanah
tersebut (Suyanto, 2009).
Dari dasar teori diatas dapat diketahui jika tanah
merupakan bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik yang
sangat penting peranannya bagi pertanian, karena tanah merupakan media tempat
tumbuhnya tanaman dengan menyediakan hara dan air serta menopang pertumbuhan
akar. Tanah terbentuk dari proses pelapukan bahan induk dan memiliki lapisan-lapisan,
dimana antar lapisan memiliki karakteristik fisik, kimia dan biologi yang
berbeda.Selain itu juga mempunyai morfologi, struktur, warna, dan pH dan kandungan
sehingga mempunyai sifat yang berbeda pula. Dan berikut adalah data dan hasil
pengamatan dari aspek tanah di Desa Sewukan, Dukun, Magelang, Jawa Tengah :
Pengamatan Sifat Tanah
Lokasi : Desa sewukan, Kec. Dukun, Kab.
Magelang
Koordinat : S 670
31, 950ꞌ
E 1100 21, 197ꞌ Cuaca : cerah
Vegetasi : Padi, cabai, kacang, singkong, sayuran
Bahan induk : Material vulkanik
Penggunaan lahan : Sawah
Fisiografi :
Sistem volkanik
Kemiringan
lereng : 5%
Relief : teras
Ketinggian tempat : 686 m dpl
Drainase permukaan : cepat
Jeluk mempan : 61 cm
Jenis lapisan
pembatas : pasir
Klasifikasi
tanah
a. PPT : regosol
b. FAO-UNESCO : regosol
c. Soil
Taxonomy : entisol
Tabel
1. Morfologi Tanah
No.
Lapisan
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
Batas
lapisan
Bentuk
:
Rata
datar
Rata
miring
Berombak
Bergelombang
Tak
beraturan
Patah-patah
Melidah
|
0-14/18
√
|
14/18-31/36
√
|
31/36-46/49
√
|
46/49-57/61
√
|
Kelas
tekstur
|
Geluh
debuan
|
Geluh
lempungan
|
Geluh
pasiran
|
Geluh
pasiran
|
Struktur
:
Tipe
Ukuran
Derajat
|
Remah
Sangat
Halus
Lemah
|
Gumpal
membulat
Sangat
halus
Lemah
|
Gumpal
membulat
Halus
Sedang
|
Gumpal
membulat
Halus
Sedang
|
Warna
|
Dark
yellowish brown
|
Dark
brown
|
Dark
Brown
|
Dark
yellowish brown
|
pH
|
5,5
|
5,5
|
5,5
|
5,5
|
Bahan
organik
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Kapur
|
_
|
_
|
_
|
_
|
Proses pembentukan
tanah :
Tanah
terbentuk dari material vulkanik yang telah lapuk. Tahap pertama, yaitu
terjadi penghancuran dan pelembutan bahan induk berupa material vulkanik
tanpa perubahan susunan kimia dipengaruhi oleh faktor iklim yang bersifat
merusak seperti sinar matahari, suhu dan keadaan musim.
|
Tabel 2. Sketsa Profil Tanah
Sketsa Profil Tanah
|
Kedalaman Lapisan (cm)
|
Uraian
|
|||||
|
0-14/18
14/18-31/36
31/36-46/49
46/49-57/61
|
Pada lapisan I mempunyai kedalaman atas 14 cm dan
kedalaman bawah 18 cm. Pada lapisan II mempunyai kedalaman atas 31 cm dan
kedalaman bawah 46 cm. Pada lapisan III mempunyai kedalaman atas 46 dan
kedalaman bawah 49 cm. Pada lapisan ke IV mempunyai kedalaman atas 57 cm dan
kedalaman bawah 61 cm dan pada lapisan ini terdapat Fe.
|
Berdasarkan hasil data dari pengamatan praktikum
diatas bahwa pada percobaan profil tanah di lapangan yaitu di
desa sewukan dengan koordinat S 670 31, 950ꞌ dan E 1100
21, 197ꞌ, bahwa terlihat adanya lapisan yang terdiri dari lapisan I, lapisan II,
lapisan III, dan lapisan IV. Pada pengamatan profil tanah, lapisan I memiliki
kedalaman 0-14/18 cm, lapisan ke II memiliki kedalaman 14/18-31/36 cm,
lapisan III memiliki kedalaman 31/36-46/49 cm, dan lapisan IV memiliki
kedalaman 46/49-57/61 cm. Perbedaan lapisan tanah disebabkan oleh tofografi
yaitu konfigurasi permukaan dari suatu area atau wilayah. Perbedaan tofografi
akan mempengaruhi jenis tanah yang terbentuk. Tanah pada daerah lereng
infiltrasi kurang dibandingkan kehilangan melalui runcff. Sedangkan pada daerah
datar atau rendah, menerima kelebihan air sehingga dapat menyediakan air lebih
banyak untuk proses genesis tanah.
Warna tanah dipengaruhi kandungan bahan organik, mineral, drainase,
kandungan air, dan aerasi. Pada pengamatan profil tanah ditemukan perbedaan
warna dari setiap lapisan, lapisan I berwarna Dark Yellowish Brown, lapisan II
berwarna Dark Brown, lapisan III Dark Strong Brown, dan lapisan IV berwarna
Dark Yellowish Brown.
Tekstur tanah adalah perbandingan
tanah yang menunjukkan kasar dan halusnya
tanah dari fraksi tanah halus (2mm). Pada pengamatan profil tanah, diperoleh data lapisan I berupa geluh
debuan, lapisan II berupa geluh lempungan, dan lapisan III berupa geluh pasir
dan lapisan IV juga berupa geluh pasir. Tekstur tanah penting untuk diketahui,
karena komposisi ketiga fraksi butir-butir tanah tersebut akan menentukan
sifat-sifat fisika, fisika kimia, dan kimia tanah. Hal ini dikarenakan
adanya proses pencucian.
Struktur tanah adalah gumpalan
kecil dari butir butir tanah. Gumpalan
gumpalan ini terjadi karena butir butir pasir debu dan liat terikat satu sama
lain. Pada
pengamatan profil tanah, lapisan I bentuk strukturnya adalah sangat halus, pada
lapisan ke II bentuk strukturnya adalah sangat halus,dan pada lapisan III
strukturnya adalah halus dan lapisan ke IV strukturnya adalah halus. Idealnya
bahwa struktur disebut granular. Struktur
granular merupakan struktur tanah yang ideal untuk pertanian lahan kering
karena struktur ini di peroleh dengan keadaan aerasi baik serta drainase yang
baik.
Pada profil tanah yang di amati, lapisan IV mengandung karatan. Pada
lapisan tanah IV kandungan karatannya berupa Fe. Karatan berwarna merah
mengandung besi (Fe). Karatan merupakan hasil reaksi oksidasi dan reduksi dalam
tanah. Karatan menunjukkan hasil reaksi oksidasi dan reduksi dalam tanah.
Karatan menunjukkan bahwa udara masih dapat kedalam tanah setempat sehingga
terjadi oksidasi ditempat tersebut dan terbentuk senyawa-senyawa Fe3+
yang berwarna merah. Bila air tidak pernah menggenang tata udara dalam tanah
selalu baik, maka seluruh profil tanah dalam keadaan oksidasi (Fe3+)
oleh karena itu umumnya berwarna merah atau coklat.
B. Pengenalan
Budidaya Tanaman Tahap Pra-Produksi
1.
Tanaman
Padi
1.1.
Pengolahan
Tanah
Pada budidaya tanaman padi sawah
pengolahan tanah dilakukan dengan sistem olah tanah sempurna. Proses
pengolahan lahan sawah yang diawali dengan cara melakukan pemisahan jerami,
sisa-sisa panen yang tidak terangkat, rumput dan tanaman gulma lainnya. Apabila
tanah setelah mengalami musim kemarau, sebelum diolah tanah digenangi air
terlebih dulu beberapa hari agar pori-pori tanah membuka dan tekstur tanah
menjadi lembek. Setelah tanah menjadi lembek, artinya tanah siap untuk
diolah. Pengolahan pertama dilakukan dengan cara dibajak, bisa menggunakan
bajak atau singkal dengan bantuan sapi atau kerbau. atau bisa juga
menggunakan bajak traktor tangan. Proses pembajakan ini dilakukan dengan cara
membalikan lapisan olah tanah agar sisa - sisa tanaman seperti rumput,
dan jerami dapat terbenam. Setelah tanah dibajak, tanah dibiarkan beberapa
hari, agar terjadi proses fermentasi untuk membusukan sisa tanaman dan jerami
di dalam tanah. Selama proses tersebut ditambahkan bahan organik lainnya
seperti pupuk kandang dan pupuk hijau agar kandungan hara dalam tanah dapat
meningkat. Penggunaan bahan organik bertujuan untuk memperbaiki sifat fisika,
kimia dan biologi tanah. Bahan organik atau pupuk kandang sebanyak 2-3 ton/ha,
seperti kompos, jerami, pupuk kandang atau kotoran sapi atau ayam, pupuk hijau
dan pupuk organik lainnya. Pupuk kandang dan sumber organik lainnya digunakan
pada saat pengolahan lahan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kadar
bahan organik tanah. Dan menyediakan mikro hara dan faktor-faktor pertumbuhan
lainnya yang biasanya tidak disediakan oleh pupuk kimia (anorganik). Penggunaan
bahan-bahan ini juga dapat meningkatkan pertumbuhan mikroba dan perputaran hara
dalam tanah. Kemudian dilakukan proses pengolahan kedua yaitu proses
penggemburan atau proses pencampuran antara bahan organik dengan tanah.
Proses ini dimaksudkan agar bahan organik dapat menyatu dengan lapisan olah
tanah. Diusahakan selama pengolahan ini pasokan air dapat mencukupi, tidak
terlalu kering dan tidak terlalu basah. Proses pencampuran dilakukan
sampai bahan organik benar-benar menyatu dan melumpur dengan lapisan olah
tanah. Proses selanjutnya permukaan tanah diratakan dengan bantuan alat
berupa papan kayu yang ditarik sapi atau kerbau, atau dengan menggunakan
traktor tangan. Proses ini dimaksudkan agar lapisan olah tanah benar-benar
siap untuk di tanami tanaman padi pada saat tandur dilaksanakan.
1.2.
Kebutuhan
Sarana Produksi
Sarana
produksi yang diperlukan untuk melakukan budidaya padi yaitu lahan, benih atau bibit, saluran
irigasi, pupuk, obat-obatan, peralatan
pengolahan tanah, peralatan panen dan pasca panen dan tempat penyimpanan.
1.3.
Teknik
Budidaya
Teknis
budidaya padi sawah yaitu pengolahan tanah sesuai
musim dan pola tanam yang
dilakukan secara sempurna dengan dua kali pembajakan menggunakan traktor.
Setelah olah tanah tanaman yang sudah melalui pesemaian selama 21 hari di tanam
pada lahan sawah yag lebih luas. Jumlah bibit yang ditanam 3 batang per lubang
dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm. Tanam dilakukan dengan kondisi lahan jenuh
air (ketinggian air kurang lebih 2 cm dari permukaan tanah macak-macak). Dalam
penanaman di gunakan tali rafia sebagai mal untuk mengatur jarak tanam.
2.
Tanaman
Cabai
2.1.
Pengolahan
Tanah
Sebelum
dilakukan penyemaian bibit, yang harus dilakukan pada budidaya tanaman cabai
adalah tanah diolah terlebih dahulu menggunakan sistem olah tanah sempurna
yaitu tanah dibalik dan digemburkan guna menyingkirkan material yang berada di
lahan seperti batu dan logam atau pun material tanah yang berpotensi menghambat
pertumbuhan tanaman kemudian tanah yang sudah gembur dicampur dengan pupuk.
Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang dengan dosis 50 kg dan pupuk kimia
dengan dosis 1-2 kg, pupuk kimia yang digunakan adalah MPK Mutiara. Pengolahan
tanah untuk tanaman cabai dapat dilakukan bersamaan dengan penyemaian. Hal ini
bertujuan agar pada saat pengolahan tanah selesai, bibit cabai dapat
dipindahkan langsung ke lahan penanaman. Hal ini juga tentu saja bertujuan
untuk membersihkan lahan dari sampah non-organik misalnya plastik atau
logam-logam berat yang dapat mengakibatkan pencemaran tanah yang dapat
berdampak pada peningkatan gagal panen kelak. Pembasmian pohon-pohon atau
tanaman liar yang tidak bernilai ekonomis dan membiarkan lahan tanam terbuka,
guna memberikan masuknya sinar matahari kedalam partikel-partikel tanah.
Setelah olah tanah selesai kemudian tanah di buat gundukan dan ditutup
menggunakan plastik mulsa berwarna perak agar selama penanaman cahaya matahari
dapat dipantulkan.
2.2.
Kebutuhan
Sarana Produksi
Dalam budidaya tanaman cabai
memerlukan sarana produksi berupa peralatan yang
diperlukan dalam kegiatan budidaya tanaman sayuran adalah alat pengolah tanah
seperti garpu, sekop, dan cangkul serta alat pemeliharaan tanaman seperti
gembor, kored, dan sprayer. Namun demikian mungkin saja nama alat
pertanian pada setiap daerah bisa berbeda. Sedangkan terkait dengan bahan yang
dibutuhkan antara lain adalah benih atau bibit, pupuk, pestisida, serta media
tanam.
2.3.
Teknik
Budidaya
Tanaman dengan nama varietas TM 42
atau cabai keriting menggunakan sistem tanam tumpang sari yaitu dalam satu
lahan selain ditanami cabai juga ditanami dengan tanaman lain. Setelah olah
tanah dan pembuatan gundukan, pada bagian punggung gundukan ditanami cabai
kemudian pada bagian pinggir gundukan ditanami dengan tanaman sayuran lain.
Jarak tanam yang digunakan adalah 35 cm x 35 cm, tanaman ditanam dalam bentuk
bibit, dalam satu lubang tanam ditanami oleh satu bibit tanaman. Umur bibit
yang digunakan adalah 25 hari dalam pesemaian.
C. Pengenalan
Budidaya Tanaman Tahap Produksi
1.
Tanaman
Padi
1.1
Pemeliharaan
Pemeliharaan
yang dilakukan berupa olah tanah sempurna kemudian penanaman seperti penjelasan
sebelumnya. Pengairan dilakukan 3 hari setelah tanam dengan sistem pengairan
berselang yaitu sawah diatur dalam kondisi kering dan tergenang secara
bergantian. Setelah tanaman berumur 14 hari dilakukan pemupukan menggunakan
pupuk urea dengan dosis 50-70 kg per hektar, pemupukan dilakukan dengan cara
disebar diseluruh permukaan tanah. Selanjutnya adalah
penyiangan, penyiangan dapat dilakukan dengan cara mencabut
gulma dengan tangan, menggunakan alat gasrok (landak) atau
menggunakan herbisida. Pengendalian gulma atau penyiangan secara manual hanya
efektif dilakukan apabila air di petakan sawah dalam kondisi macak-macak atau
tanah jenuh air. Jika kondisi tidak memungkinkan dilakukan penyiangan atau pengendalian
gulma secara manual dan populasi gulma sudah tinggi maka pengendalian gulma
dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida. Selain penyiangan pengendalian
hama dan penyakit juga sangat penting dalam pemeliharaan tanaman dilakukan
dengan cara menggunakan varietas tahan hama dan penyakit, memanfaatkan musuh
alami atau menggunakan pestisida dengan dosis yang sesuai.
1.2.
Identifikasi Agroklimat
Tanaman
padi bisa ditanam pada musim kemarau maupun musim hujan. Tanaman
padi di panen setelah terlihat masak 90%
masak dilapangan sekitar umur 110 hari. Kemasakan bulir padi dipengaruhi oleh
lamanya sinar matahari. Pada musim kemarau biasanya tanaman padi akan lebih
cepat panen dan pada musim hujan akan lebih lama panen. Panen padi dilakukan
dengan cara memotong tanaman padi dengan sabit, pemotongan tanaman padi harus
dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah kehilangan biji padi.
1.3. Gejala Penyimpangan
Kekurangan
salah satu atau beberapa unsur hara akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman
tidak sebagaimana mestinya yaitu ada kelainan atau penyimpangan-penyimpangan
dan banyak pula tanaman yang mati muda. Bila tidak ada faktor lain yang
mempengaruhi, maka tanda-tanda kekurangan unsur hara terlihat sebagai berikut:
1.
Kekurangan unsur
hara Nitrogen (N).
Warna daun hijau
agak kekuning-kuningan dan pada tanaman padi warna ini mulai dari ujung daun
menjalar ke tulang daun selanjutnya berubah menjadi kuning lengkap, sehingga
seluruh tanaman berwarna pucat kekuning-kuningan. Jaringan daun mati dan inilah
yang menyebabkan daun selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan,
pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil, perkembangan buah tidak sempurna atau
tidak baik, seringkali masak sebelum waktunya, dapat menimbulkan daun penuh
dengan serat, hal ini dikarenakan menebalnya membran sel daun sedangkan selnya
sendiri berukuran kecil-kecil, dalam keadaan kekurangan yang parah, daun
menjadi kering, dimulai dari bagian bawah terus ke bagian atas.
2.
Kekurangan unsur
hara Fosfor (P)
Terhambatnya
pertumbuhan sistem perakaran, batang dan daun, warna daun seluruhnya berubah
menjadi hijau tua keabu-abuan, mengkilap, sering pula terdapat pigmen merah
pada daun bagian bawah, selanjutnya mati. Pada tepi daun, cabang dan batang
terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning. hasil
tanaman yang berupa bunga, buah dan biji merosot. Buahnya kerdil-kerdil, nampak
jelek dan lekas matang.
3.
Kekurangan unsur
hara Kalium (K)
Daun-daun
berubah jadi mengerut alias keriting (untuk tanaman kentang akan menggulung)
dan kadang-kadang mengkilap terutama pada daun tua, tetapi tidak merata.
Selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampak menguning, warna seperti ini
tampak pula di antara tulang-tulang daun pada akhirnya daun tampak
bercak-bercak kotor (merah coklat), sering pula bagian yang berbercak ini jatuh
sehingga daun tampak bergerigi dan kemudian matiBatangnya lemah dan
pendek-pendek, sehingga tanaman tampak kerdilBuah tumbuh tidak sempurna, kecil,
mutunya jelek, hasilnya rendah dan tidak tahan disimpanPada tanaman kelapa dan
jeruk, buah mudah gugurBagi tanaman berumbi, hasil umbinya sangat kurang dan
kadar hidrat arangnya demikian rendah.
4.
Kekurangan unsur
hara Kalsium (Ca)
Daun-daun muda
selain berkeriput mengalami perubahan warna, pada ujung dan tepi-tepinya
klorosis (berubah menjadi kuning) dan warna ini menjalar di antara
tulang-tulang daun, jaringan-jaringan daun pada beberapa tempat mati, kuncup-kuncup
muda yang telah tumbuh akan mati pertumbuhan sistem perakarannya terhambat, kurang
sempurna malah sering salah bentukPertumbuhan tanaman demikian lemah dan
menderita.
5.
Kekurangan unsur
hara Magnesium (Mg)
Daun-daun tua
mengalami klorosis (berubah menjadi kuning) dan tampak di antara tulang-tulang
daun, sedang tulang-tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau, bagian di
antara tulang-tulang daun itu secara teratur berubah menjadi kuning dengan
bercak-bercak merah kecoklatan, daun-daun mudah terbakar oleh teriknya sinar
matahari karena tidak mempunyai lapisan lilin, karena itu banyak yang berubah
warna menjadi coklat tua kehitaman dan mengkerut, pada tanaman biji-bijian,
daya tumbuh biji kurang atau lemah, malah kalau toh ia tetap tumbuh maka ia
akan nampak lemah sekali.
6.
Kekurangan unsur
hara Belerang (S)
Daun-daun muda
mengalami klorosis (berubah menjadi kuning), perubahan warna umumnya terjadi
pada seluruh daun muda, kadang mengkilap keputih-putihan dan kadang-kadang
perubahannya tidak merata tetapi berlangsung pada bagian daun selengkapnya, perubahan
warna daun dapat pula menjadi kuning sama sekali, sehingga tanaman tampak
berdaun kuning dan hijau, seperti misalnya gejala-gejala yang tampak pada daun
tanaman teh di beberapa tempat di Kenya yang terkenal dengan sebutan”Tea
Yellow” atau ”Yellow Disease” Tanaman tumbuh terlambat, kerdil, berbatang
pendek dan kurus, batang tanaman berserat, berkayu dan berdiameter kecilPada
tanaman tebu yang menyebabkan rendemen gula rendah Jumlah anakan terbatas.
7.
Kekurangan unsur
hara Klorida (Cl)
Dapat
menimbulkan gejala pertumbuhan daun yang kurang normal terutama pada tanaman
sayur-sayuran, daun tampak kurang sehat dan berwarna tembagaKadang-kadang
pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan kapas menunjukkan gejala seperti di atas.
2.
Tanaman
Cabai
2.1. Pemeliharaan
Selama penanaman dilakukan
pemeliharaan tanaman berupa pengairan, pemupukan, pembumbunan, perompesan,
pemasangan ajir dan pengendalian OPT. Pengairan lebih bergantung pada curah
hujan selain itu penyiraman juga dilakukan sekali dalam 10 hari. Pemberian
pupuk dilakukan sekali saja pada awal
tanam dengan cara siraman. Pupuk yang digunakan dalam pemeliharaan tanaman
cabai adalah pupuk kandang dengan dosis 50 kg dan pupuk kimia dengan dosis 1-2
kg. Selain itu pembumbunan perlu dilakukan 2-3 hari setelah tanam agar
menghilangkan sisa penguapan pupuk kimia dalam lubang tanam ketika benih mulai
ditanam.Yang tidak kalah penting dalam pemeliharaan tanaman adalah pengendalian
Gulma, hama dan penyakit pada tanaman. Gulma yang muncul pada penanaman cabai
biasanya berupa rumput liar, gulma ini dapat dikendalikan salah satunya dengan
pemberian kapur gulmit dengan dosis 2 kwintal per 1500 meter. Selain gulma,
hama juga sering mengganggu pertumbuhan produktivitas tanaman cabai. Hama yang
biasanya menyerang tanaman cabai adalah ulat dan trip. Para petani di desa
sewukan biasa menggunakan pestisida dalam mengatasi hama yang menyerang
tanaman, dosis pestisida yang digunakan adalah 2 cc. Selain gulma dan hama yang
perlu dikendalikan adalah penyakit, penyakit pada tanaman cabai berupa jamur,
pengendaliannya dilakukan dengan cara pemberian fungisida dengan dosis 10 cc
secara bertahap. Selanjutnya setelah pengendalian OPT yang perlu dilakukan
dalam pemeliharaan tanaman cabai adalah pemasangan ajir dalam 7-10 hari setelah
tanam dan perompesan yang dilakukan secara bertahap agar dapat mengurangi
penguapan pada tanaman. Kemudian tanaman cabai dapat dipanen pada usia 120
hari, cara memanennya adalah dengan cara memetik cabai yang sudah berwarna
merah ataupun kuning kemerahan.
2.2. Identifikasi Agroklimat
Tanaman
cabe dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun tinggi. Ketinggian maksimum
agar produksinya tidak mengalami penurunan adalah + 2000 m dpl sebab tanaman
ini membutuhkan iklim yang tidak terlalu dingin dan juga tidak terlalu lembab.
Lingkungan tumbuh yang paling sesuai adalah berudara hangat dan kering dengan
kisaran suhu antara 15 – 32o C. Jenis tanah yang sesuai adalah lempung berpasir
dengan pH 5 – 6,8. Tanaman
cabai dapat dipanen saat tanaman berumur 120 hari. Tanda-tanda tanaman cabai
dapat dipanen adalah apabila warna cabai merah atau kuning kemerah-merahan.
Pemanenan dapat dilakukan 10 sampai 20 kali dengan cara memetik cabai yang
sudah siap panen secara bertahap.
2.3.Gejala Penyimpangan
Penyimpangan
pada tanaman cabai adalah gejala serangan penyakit antraknosa atau patek pada
buah ditandai buah busuk berwarna kuning-coklat seperti terkena sengatan
matahari diikuti oleh busuk basah yang terkadang ada gejalanya berwarna hitam.
Sedangkan pada biji dapat menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila telah
menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah kecambah. Pada tanaman dewasa dapat
menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut ke bagian lebih bawah yaitu daun dan
batang yang menimbulkan busuk kering warna cokelat kehitam-hitaman.
D. Pengenalan
Budidaya Tanaman Tahap Pasca Panen
1.
Tanaman
Padi
Penumpukan dan pengumpulan merupakan tahap penanganan
pasca panen setelah padi dipanen. Ketidak-tepatan dalam penumpukan dan
pengumpulan padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang cukup tinggi. Untuk
menghindari atau mengurangi terjadinya kehilangan hasil pada waktu penumpukan
dan pengangkutan padi para petani menggunakan alas. Penggunaan alas dan wadah
pada saat penumpukan dan pengangkutan dapat menekan kehilangan hasil antara
0,94 - 2,36 %. Setelah dipanen, gabah segera dirontokkan dari malainya. Perontokan
dilakukan dengan perontok bermesin ataupun dengan tenaga manusia. Untuk
mengantisipasi agar gabah tidak terbuang saat perontokan maka para petani
memberi tempat perontokan dengan alas
dari anyaman bambu atau lembaran plastik tebal (terpal). Dengan alas tersebut
maka seluruh gabah diharapkan dapat tertampung. Setelah dirontokkan,
butir-butir gabah dikumpulkan di gudang penyimpanan sementara atau di teras
rumah atau bagian lain dari rumah.
Gabah dikeringkan sebelum disimpan dan digiling.
Pengeringan gabah umumnya dilakukan di bawah sinar matahari. Gabah yang
dikeringkan ini dihamparkan di atas lantai semen terbuka. Penggunaan lantai
semen terbuka ini agar sinar matahari dapat secara penuh diterima gabah. Waktu
penjemurannya sekitar seminggu, sampai kadar air mencapai 14%. Selanjutnya
adalah pemisahan beras dari kulitnya dilakukan dengan cara modern atau dengan
alat penggiling. Alat yang sering digunakan berupa hulle. Hasil yang diperoleh
pada penggilingan yaitu pada tahap pertama diperoleh beras pecah kulit. Pada
penggilingan tahap kedua, beras akan menjadi putih bersih.
Beras yang sudah digiling langsung dipasarkan. Namun,
karena umumnya beras tidak langsung dapat dipasarkan seluruhnya maka para
petani menyediakan tempat penyimpanan. Beras disimpan di gudang setelah dikemas
dalam karung plastik berukuran 40 Kg atau 50 Kg. Pengemasan dalam karung ini
dilakukan secara manual oleh petani. Bagian karung yang terbuka dijahit tangan
hingga tertutup rapat. Dalam gudang penyimpanan terkadang beras diserang oleh
hama bubuk.
Biasanya hama bubuk menyerang beras yang tidak kering
benar saat pengeringan. Hama bubuk tidak menyukai beras yang kering karena
keras. Selain itu, hama bubuk pun menyukai tempat lembab sehingga ruangan
gudang harus kering, yang dilengkapi dengan ventilasi udara. Untuk
menanggulanginya para petani menumpuk dan menata beras sedemikian rupa agar
beras yang sudah lebih dahulu disimpan dapat mudah keluar lebih awal. Kemudian
beras dipasarkan. Ada dua cara pemasaran beras, pertama petani menjual langsung
di lahan pada saat sudah siap panen kepada pedagang pengumpul yang disebut
penebas. Penebas inilah yang akan memanen dan mengolahnya lebih lanjut menjadi
beras. Kedua, petani sendiri yang memanen,mengeringkan,lalu menjual kepedagang
pengumpul,baik berupa gabah kering giling atau sudah menjadi beras. Penjualan
beras biasanya dilakukan petani langsung kepada pedagang beras di STA, dijual
langsung ke konsumen.
2.
Tanaman
Cabai
Cabai yang siap panen adalah cabai
yang berumur 120 hari ditandai dengan warnanya yang mulai kemerahan atau kunung
kemerahan. Cara memanennya adalah dengan cara dipetik cabai yang telah siap
panen. Warga desa sewukan biasanya mengemas cabai hasil panen menggunakan
karung dan keranjang sebelumnya cabai
dipisahkan terlebih dahulu antara cabai yang punya kualitas tinggi sampai
rendah kemudian para petani mengirimkan cabai hasil panen ke pengepul dengan
jalan kaki. Kemudian cabai yang telah terkumpul dipengepul dikirim ke STA
dengan menggunakan mobil pick up untuk dijual ke konsumen.
3.
Sub
Terminal Agribisnis (STA) Sewukan
Pasar
Desa Sewukan adalah Sub Terminal Agribisnis (STA) yg merupakan pasar lintas
kota dan termasuk pemasok kebutuhan pertanian secara grosir maupun eceran,
serta mampu mengkover pemasaran komoditas sayuran dataran tinggi di Kab.
Magelang secara keseluruhan, bahkan dari luar Kab. Magelang seperti
wortel dari Tawangmangu, kentang, kol dari Dieng. Selain pemasaran hasil
pertanian, STA Sewukan juga mampu menyediakan kebutuhan sehari-hari
seperti sembako, pakaian dan saprodi (benih, pupuk, obat-obatan, mulsa dsb).
Awal
mula berdirinya Pasar Desa Sewukan
adalah atas prakarsa Bpk.H.R Sudiyono pada saat menjabat Kepala Desa (Periode
tahun 1995-2003) akibat harga hasil panen komoditas pertanian warga
setempat selalu anjlok atau merugi. Pada akhir tahun 2000, Bpk Sudiyono dengan
persetujuan masyarakat Sewukan (melalui rapat LMD) membangun Pasar Desa
diatas tanah bengkok seluas 4000 m2 untuk dijadikan tempat transaksi
hasil panen warga. Pada tahun 2005 pemerintah memberikan berbagai
fasilitas bantuan melalui dana APBN TA 2005 dan mulai saat itu Pasar Desa
Sewukan berubah nama menjadi STA Sewukan.
Seiring
dengan perkembangan pasar yang semakin ramai sampai tahun 2009, dilakukan
pembangunan kios-kios baru di Pasar Desa Sewukan dan tercatat 109 kios, 92 los,
area bongkar muat 700 m2, area parkir 2000 m2, kantor pengelola, gapura,
baleho, jalan masuk, paving, gerbang utama, mushola dan komposting. Ada sekitar
31 komoditas yang biasa dipasarkan, antara lain komoditas unggulan seperti
cabe, tomat, kol, kentang, jagung, timun, terong, wortel , buncis dll yang
biasa diproduksi sepanjang tahun, dengan volume rata-rata 200 ton per hari dan
jumlah pengangkutan sekitar 170 -200 mobil, daerah asal Srumbung, Dukun,
Kaliangkrik, Sawangan, Pakis, Ngablak, Dieng dengan tujuan distribusi lokal
sampai Jakarta atau Batam.
Keberadaan
Pasar Desa atau STA Sewukan mempunyai manfaat yaitu mampu meningkatkan
kesejahteraan dan sumber daya masyarakat sekitar terutama petani, mampu
menurunkan tingkat pengangguran di desa dan mampu menciptakan lapangan kerja
baru dan menekan urbanisasi warga ke kota besar. Sedangkan manfaat STA bagi
pemerintah desa sewukan adalah dapat meningkatkan pendapatan daerah, daerah
menjadi dikenal oleh daerah-daerah lain dan dapat mudah dalam menjalin
kerjasama dengan daerah lain. STA sekarang ini mempunyai jumlah anggota
pedagang 300 sampai 400 orang dan tiap anggota pedagang mempunyai kartu anggota.
Kartu anggota pedagang STA digunakan agar tidak ada pedagang-pedagang nakal
yang melakukan penjualan produk-produk luar yang dapat merugikan warga
setempat.
STA
sampai saat ini masih dikelola oleh Bapak H.R Sudiono dibawah pengawasan Kepala
Desa Sewukan Bapak Dedi Riswanto. Dalam mengelola STA Bapak Sudiyono dibantu
oleh sekertaris Ika Inriani, bendahara Setyo Puji Lestari S.E. dan beberapa
seksi yaitu seksi pungutan yang di pegang oleh Rintoko dan Murie, seksi parkir
oleh Edi Kusnawan dan Rudiyanto, seksi kebersihan oleh Bapak Sukri dan seksi keamanan
oleh LINMAS Desa Sewukan. Dari pengamatan yang telah dilakukan suasana yang ada
di STA sewukan sangatlah ramai karena terjadi transaksi jual beli di setiap
harinya dan STA juga merupakan pasar
yang mandiri karena dikelola oleh Desa sendiri bukan oleh pemerintah kecamatan
maupun kabupaten.
E. Pengenalan
Kehidupan Sosial Ekonomi Petani
1.
Identifikasi
Keluarga Petani
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa keluarga Bapak Suronto terdiri dari 4 orang anggota keluarga
yaitu Bapak Suronto (42 tahun) sebagai
kepala keluarga dan bekerja sebagai buruh tani, Ibu Surti sebagai (41 tahun)
bekerja sebagai buruh tanu, dan kedua anaknya yaitu Suyatman (24 tahun) dan
Yuliati (21 tahun). Luas lahan yang di gunakan untuk menanam sawi adalah 400 m2
dengan rata-rata produksi 200 kg dengan harga Rp. 500,- sampai Rp. 1000,- per
kg. Lahan yang digunakan untuk menanam tanaman cabai adalah 1000 m2
dengan rata-rata jumlah produksi 200 kg dan harga per kg adalah Rp. 5000,-
sedangkan lahan yang digunakan untuk menanam timun adalah 1000 m2
dengan rata-rata produksi 2000 kg dengan harga Rp. 1000,- sampai Rp. 2000,- per
kg.
2.
Keadaan Penguasaan Lahan Musim tahun 2014
Keluarga Bapak Suronto mempunyai sawah dengan luas tanah
garapan 1.400 m2 dengan rincian lahan garapan sendiri seluas 400 m2
dan sawah yang disakapkan seluas 1000 m2. Selain itu Keluarga
Bapak Suronto juga mempunyai pekarangan milik sendiri seluas 2 m2,
dan pekarangan tersebut dijadikan sebagai kolam ikan.
3.
Usaha
Tanaman Semusim
Rincian dari tanaman semusim yang dimiliki oleh Keluarga
Bapak Suronto adalah sebagi berikut :
Tabel
3. Usaha Tanaman Semusim
Macam Tanaman
|
MK-1
|
MK-2
|
MH
|
Tanaman Sawi :
Luas tanam (m2)
Produksi (kg)
Bentuk hasil
Harga/satuan
|
400
200
Sawi
Rp. 500,-/kg
|
400
200
Sawi
Rp. 500,-/kg
|
400
100
Sawi
Rp. 1000,-/kg
|
Tanaman Cabe :
Luas tanam (m2)
Produksi (kg)
Bentuk hasil
Harga/satuan
|
1000
200
Cabai
Rp. 5000,-/kg
|
|
|
Tanaman Timun :
Luas tanam (m2)
Produksi (kg)
Bentuk hasil
Harga/satuan
|
1000
2000
Timun
Rp. 1000,-/kg
|
1000
2000
Timun
Rp. 2000,-/kg
|
|
Tabel
4. Pola Pergiliran Tanaman
Lahan
|
Bulan
|
||||||||||||
MH
|
MK I
|
MK II
|
|||||||||||
10
|
11
|
12
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
|
|
Sawah
|
○
▲
□
|
○
□
|
○
□
|
○
□
|
□
|
□
|
□
|
□
|
□
|
□
|
▲
□
|
○
▲
□
|
Keterangan :
□ = Sawi
▲ =
Cabai
○ = Timun
Tanaman
yang digarap Bapak suronto berupa sawi, cabai dan timun. Tanaman sawi ditanam
dan produksi setiap bulan, cabai mulai ditanam pada bulan Agustus dan panen
pada bulan November. Sedangkan Timun ditanam pada bulan September hingga bulan
januari dan pada hari ke 40 timun sudah bisa di panen.
4. Biaya Sarana Produksi dan Biaya
Lain-Lain
Keluarga Bapak suronto membutuhkan biaya produksi dan lain
sejumlah Rp. 693.500,- untuk penanaman sawi berupa pembelian benih pada musim kemarau dan
musim hujan dalam sekali tanam ¼ kg seharga Rp. 25.000, pupuk urea 5 kg seharga
Rp. 10.000 dan pupuk kandang 500 kg, pestisida 1 liter seharga Rp. 50.000,
biaya tenaga kerja 5 orang dengan upah Rp. 250.000, pajak tanah senilai Rp.
75.000, hasil dari bagi hasil 1/3 senilai Rp. 33.500 dan biaya selamatan
senilai Rp. 250.000.
Untuk penanaman timun membutuhkan biaya sejumlah Rp.
1.135.000 pada musim kemarau dan musim hujan denagn rincian pembelian benih
pada musim kemarau dan musim hujan dalam sekali tanam ¼ kg seharga Rp. 35.000,
pupuk urea 5 kg seharga Rp. 10.000 dan pupuk kandang 500 kg, pestisida 1 liter
seharga Rp. 50.000, pajak tanah senilai Rp. 75.000, hasil dari bagi hasil 1/3
senilai Rp.1.30.000 dan biaya selamatan senilai Rp. 250.000.
Sedangkan untuk
tanaman cabai membutuhkan biaya sarana produksi dan lain-lain pada musim hujan dan kemarau sebesar Rp. 1.120.000 deangan rincian pembelian benih
pada musim kemarau dan musim hujan dalam sekali tanam ¼ kg seharga Rp. 200.000,
pupuk urea 50 kg seharga Rp. 110.000 dan pupuk kandang 1000 kg, biaya tenaga
kerja 5 orang dengan upah Rp. 250.000, pajak tanah senilai Rp. 75.000, hasil
dari bagi hasil 1/3 senilai Rp.250.000. dan biaya selamatan senilai Rp.
250.000.
5. Usaha Ternak
Selain sektor
pertanian keluarga Bapak Suronto juga mempunyai ternak berupa sapi, kambing dan
unggas. Jumlah sapi pada awal tahun adalah 1 ekor sedangkan kambing 2 ekor.
Ternak unggas yang dimiliki Keluarga Bapak suronto berupa Ayam kampung dengan
jumlah 6 ekor. Harga sapi pada awalnya Rp. 10.000.000 dan pada akhir tahun Rp.
18.000.000. Biaya yang diperlukan dalam perawatan sapi selama setaun berjumlah
Rp.3.816.000. Sedangkan harga kambing pada awalnya Rp. 1000.000 ekor dan pada
akhir tahun Rp. 2000.000 per ekor biaya perawatan yang dikeluarkan sejumlah
Rp.3.816.000 setiap tahunnya.
6. Pendapatan
Luar Usaha Tani
Selain dari
sektor pertanian dan peternakan keluarga Bapak suronto mendapat tambahan
penghasilan dari usaha sampingan Bapak Suronto yaitu sebagai tukang batu dengan
total pendapatan Rp. 500.000,- setiap ada pesanan.
7. Kepemilikan
Asset yang
dimiliki keluarga Bapak Suronto berupa sawah, pekarangan, ternak sapi, kambing
dan ayam kampung. Total luas sawah yang dimiliki adalah 400 m2 dan
mempunyai nilai Rp.40.000.000,-, pekarangan seluas 120 m2 senilai
Rp. 14.400.000,- serta ternak sapi 1 ekor senilai Rp. 18.000.000, ternak
kambing 2 ekor senilai Rp. 4.000.000, ternak ayam kampung 6 ekor senilai Rp.
3.000.000,. Asset lain yang dimiliki keluarga Bapak Suronto selain sawah dan
ternak berupa sepeda motor dengan harga Rp. 5000.000, pekarangan seluas 120 m2
dengan harga Rp. 14.400.000 dan ikan 5 kg seharga Rp. 200.000,-.
F.
Pengenalan Pertanian dalam Skala Industri
1.
Sejarah Berdiri dan Perkembangannya
Untuk praktikum kegiatan pengenalan pertanian dalam
skala industri, tempat yang dikunjungi adalah Sabila Farm yang merupakan kebun
budidaya buah naga. Di sektor agribisnis budidaya buah naga sangat
menguntungkan di sektor industri, karena termasuk buah langka dan mempunyai
nilai ekonomis tinggi. Berbicara
masalah bisnis pertanian, memang masih sedikit peminatnya saat ini. Salah satu
penyebabnya karena risiko bisnis pertanian cukup tinggi dibandingkan bisnis
lain, dan juga anggapan beberapa orang yang menilai bisnis pertanian sama
sekali tidak keren, identik dengan kotor, panas, dan minim uang. Apabila mendengar
kata petani, maka yang sering muncul di benak adalah profesi yang tidak
menjanjikan, susah, dan mengenaskan. Tetapi tidak semua petani di negeri ini
berada dalam kondisi demikian. Salah satu contoh petani yang sukses adalah Pak
Gun Soetopo. Pak Gun dan istrinya, Elly mulyati, memulai berkebun buah naga
pada tahun 2006 dengan menyewa tanah desa seluas 6,5 hektar.
Dengan bendera Sabila Farm, perlahan usaha Pak Gun
berkembang pesat. Pak Gun merupakan lulusan dari Institut Pertanian Bogor
jurusan tanah yang memutuskan berhenti dari PNS dan menekuni usaha pertanian
terutama di tanaman utamanya yaitu buah naga. Buah naga mempunyai kulit buah
berwarna merah cerah, mempunyai daging buah berwarna putih atau merah gelap
dengan biji sebesar biji sawi berwarna hitam. Seperti pelaku usaha lainnya, Pak
Gun juga menghadapi berbagai kendala di awal merintis. Pak Gun mendapati tanah
yang dia sewa penuh dengan batu padas. Berbekal pengetahuannya sebagai sarjana
tanah, akhirnya pak Gun bisa menjinakkan tanah berbatu padas tersebut dan dalam
kurun waktu satu tahun, tanaman buah naga sudah mulai berbuah. Hasil panen buah
naga dia pasarkandi Yogyakarta, Bogor, dan Jakarta. Uniknya, Pak Gun sengaja
tidak menjual buahnya di swalayan, dia ingin mengajarkan kepada penjual buah
untuk ikut mengenalkan buah naga asli produk lokal yang berkualitas. Awalnya,
banyak penjual yang meragukan produk Pak Gun karena harga jual yang lebih mahal.
Alhamdulillah setelah dicoba dipasarkan, ternyata buah naga Pak Gun laris manis
di pasar. Kualitas produk buah naga yang dihasilkan Pak Gun telah
menunjukkan bahwa buah lokal mempunyai cita rasa yang lebih enak daripada
buah-buah impor. Saat ini Pak Gun kewalahan memenuhi permintaan dalam negeri.
Belum lagi permintaan export dari luar negeri seperti Eropa dan Amerika Latin.
Kebanyakan dari mereka sudah pernah berkunjung ke kebun Pak Gun secara langsung
dan merasa cocok dengan kualitas buah naganya. Untuk menjaga keamanan kebun
miliknya, Pak Gun melibatkan warga sekitar dengan sering mengadakan kegiatan
sosial. Saat panen tiba, Pak Gun selalu membagi- bagi buah naga kepada warga
sekitar.
Cara ini yang dilakukan Pak Gun untuk mendekati
masyarakat sehingga bisa terjalin hubungan baik yang berdampak pada keamanan
kebunnya. Sabila Farm adalah merek kebun miliknya. Dengan Sabila Farm Pak
Gun, berharap akan bisa mewujudkan cita-citanya yaitu menjadikan
Indonesia menjadi produsen hortikultura terbesar di Asia bahkan di dunia.
Prestasi yang telah dicapai Pak Gun saat ini membuktikan bahwa bertani adalah
pekerjaan yang mulia dan bisa mensejahterakan. Untuk mewujudkan cita-cita
tersebut, Pak Gun sering berkeliling ke daerah-daerah dengan biayanya sendiri,
mengunjungi kelompok tani, perguruan tinggi, dan pemerintah daerah setempat.
Dia sering menjadi pembicara di beberapa acara, dan menularkan pemikirannya,
serta selalu mengajak masyarakat untuk lebih berfikir di luar kebiasaan. Hal
yang sering disampaikan beliau adalah tentang profesi sebagai petani yang
menjanjikan. Beliau selalu perpesan bahwa kalau anda menjadi petani, jadilah
petani yang bermental pengusaha. jadi bukan hanya petani yang menanam saja,
tetapi juga petani yang mampu memasarkan hasil panennya dengan harga yang
layak.
2.
Ruang Lingkup Kegiatan
Sabila Farm milik Pak Gun telah
berkembang menjadi suatu tempat Agrowisata, tempat belanja buah-buah tropis,
dan juga sebagai tempat pelatihan seputar pertanian. Sebagai tempat agrowisata,
Sabila farm menawarkan perjalanan menyusuri kebun dengan beragam buah-buah
eksotif, udara yang sejuk, serta pemandangan Gunung merapi yang indah.
Menariknya lagi, anda juga bisa menikmati buah yang telah memasak dengan
memetiknya langsung dari pohonnya. Selain itu ada juga layanan tour desa wisata
dan aktivitas outdor seperti outbond dan permainan kerjasama tim. Sabila Farm
juga menyediakan pelatihan seputar pertanian bagi anda yang ingin terjun di
bisnis pertanian. Beberapa materi pelatihan yang biasa disampaikan adalah
tentang pertanian organik, budidaya buah naga, budidaya sirsak, budidaya
srikaya, budidaya delima, budidaya pepaya, manajemen agrowisata, swasembada
pangan, dan pemasaran hasil pertanian. Selain itu, juga bisa berbelanja buah yang kita sukai
dengan memilihnya langsung dari kebun. Sabila Farm juga melakuakan penjualan
secara online.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.
Tanah terbentuk dari proses pelapukan bahan induk yang
dipengaruhi oleh faktor iklim yang bersifat merusak seperti sinar matahari,
suhu dan keadaan musim. Tanah merupakan bagian kerak bumi yang tersusun dari
mineral dan bahan organik yang sangat penting peranannya bagi pertanian, karena
tanah merupakan media tempat tumbuhnya tanaman dengan penyediaan hara dan air
serta penopang pertumbuhan akar. Tanah memiliki lapisan-lapisan, dimana antar
lapisan memiliki karakteristik fisik, kimia dan biologi yang berbeda-beda
sehingga akan menentukan jenis tanah dan masing-masing lapisan memiliki
kedalaman tertentu yang dapat menentukan tingkat kesuburan tanah.
2.
Teknik budidaya tanaman tahap pertamana adalah tahap
pra-produksi meliputi kegiatan penyediaan bahan tanaman, pengolahan tanah,
pengairan, pemupukan dan pengendalian OPT.
3.
Tahap produksi merupakan tahap ke dua dari budidaya
tanaman meliputi serangkaian kegiatan panen dan pemeliharaan produk hasil
panen.
4.
Tahap ketiga dari budidaya tanaman adalah tahap pasca
panen meliputi kegiatan pengambilan tanaman yang dianggap sebagai produk sampai
produk tersebut habis dikonsumsi atau dijual.
5.
Strategi dalam pembangunan perdesaan adalah dengan
meningkatkan komitmen masyarakat untuk terlibat dan berpartisipasi dalam proses
pembangunan. Pembangunan dalam sektor pertanian dapat diwujudkan dangan adanya
pertanian yang berkelanjutan. Karakteristik sosial ekonomi berpengaruh
signifikan terhadap tingkat penerapan sistem pertanian berkelanjutan pada
budidaya tanaman. Selain itu pengalaman bertani dan pendidikan non formal juga
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat penerapan sistem pertanian yang
berkelanjutan.
6. Kontribusi
sektor pertanian mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian
indonesia. Apabila komoditas pertanian di olah lebih lanjut menjadi produk
olahan kemudian diekspor, maka kondisi tersebut akan meningkatkan nilai tambah
ekspor Indonesia jauh lebih tinggi. Dengan mendorong industri hilir berbasis
produk pertanian selain untuk memperoleh nilai tambah, juga dimaksudkan untuk
menampung migrasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri.
Manfaat selanjutnya dari mengembangkan industri hilir yang kuat di sektor
pertanian adalah meningkatkan daya saing industri pertanian kita di tingkat
regional Asean dan global.
B.
Saran
Adanya kegiatan
pengenalan pertanian dapat memberi banyak manfaat bagi mahasiswa terlebih lagi
di lengkapi dengan pembuatan laporan secara individu sehingga mahasiswa biasa
lebih memahami tentang pertanian tetapi kegiatan pengenalan pertanian serasa
tidak efektif saat dilapangan dengan jumlah mahasiswa yang terlalu banyak
suasana menjadi tidak kondusif dan materi yang disampaikan pada saat di
lapangan tidak dapat terserap dengan baik oleh semua mahasiswa. Saran kami
untuk kedepannya saat pengenalan pertanian dilapangan peseta atau mahasiswa
dapat dibagi lagi kedalam kelompok yang lebih kecil supaya mahasiswa dapat
lebih leluasa dalam mendengarkan ilmu yang disampaikan dan dapat memahaminya serta mempunyai kesempatan lebih
untuk bertanya mengenai banyak hal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.Faktor Pembentuk Tanah
http:// geografitanah-fahmiastathi.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 20.00 WIB.
Anonim.2012. Terbentuknya Tanah di Indonesia
http:// himtifapertauh.blogspot.com. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul
20.00 WIB.
Anonim.2012.Tanah dan Penyebab Perbedaan Warna Tanah
http:// digilib.its.ac.id. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 20.00 WIB.
Anonim.2012. Tanah dan Proses Pelapukannya
http:// cerdas-berbagi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul
20.30 WIB.
Anonim.2012.Tingkatan-Tingkatan Tanah
http:// repository.unhas.ac.id. Diakses pada tanggal 19 Januari 2015 pukul
20.10 WIB.
Anonim.2012.Unsur-Unsur Tanah
http:// rizka-agroteknologi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015
pukul 20.00 WIB.
Anonim.2013.Pengertian dan Sejarah Teknuk
Budidaya Tanaman
http://rentet.blogspot.com. Diakses pada tanggal 28
Januari pukul 03.01
WIB
Anonim 2015.Panel Petani Nasional
http :// pse.litbang.pertanian.go.id Diakses pada tanggal 28
Januari 2015 pukul 03.12 WIB
Anonim.2009.Reaksi Tanah
http:// geoenviron.blogspot.com. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul
20.03 WIB.
Bale.2001.Struktur Tanah
http:// www.academia.edu. Diakses pada tanggal 18
Januari 2015 pukul 20.06 WIB.
Darmawijaya.1990.Dasar Ilmu Tanah
http:// h0404055.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 21.00 WIB.
Feryanto.2010.Peran Agribisnis dalam Membangun perekonomian
http:// feryanto.wk.staff.ipb.ac.id
Diakses pada tanggal 28 Januari 2015 pukul 03.17
Hanafi.2013.Sejarah Perkembangan Pembangunan Pertanian di Indonesia
http :// https://muhammadhanafisrg.wordpress.com Diakses pada tanggal 28 Januari 2015 pukul 03.28
WIB.
Hardjowiguno.1992.Macam-Macam Tekstur Tanah
http:// dasar2ilmutanah.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 19 Januari 2015 pukul 19.00 WIB.
Hartono.2009. Pengaruh Suhu Terhadap Tanah
http:// fapet.ub.ac.id. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 20.00 WIB.
Khosim dan Lubis.2007.Tanah di Indonesia
http:// pussisunimed.wordpress.com. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul
20.00 WIB.
Koorevoor.1987.Tagas dan Tidaknya Agegrat
http:// www.academia.edu. Diakses pada tanggal 19
Januari 2015 pukul 20.15WIB.
Rahmat dan Yani.2007.Dasar-Dasar Ilmu Tanah
http:// hilmanhilmawan3.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 20.10 WIB.
Rusli.2014.Pembangunan Pertanian
http:// http://ruslhysyam-motivasi.blogspot.com Diakses pada tanggal 28 Januari 2015 pukul
03.23 WIB.
Sutanto.2005.Kebun Lahan
http:// www.academia.edu. Diakses pada tanggal 18
Januari 2015 pukul 20.00 WIB.
Suyanto.2009. Ilmu Tanah dan Pemupukan Kesuburan Perairan
http:// jefry-bp09.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 19.45.00 WIB.
Tan.1995.Karatan Tanah
http:// www.academia.edu. Diakses pada tanggal 18
Januari 2015 pukul 20.00 WIB.
Teguh.2011.Budidaya Tanaman Pangan dan
Holtikultura
http: http://teguhrz.blog.com
Diakses
pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 03.08 WIB.
Yuliyanti.2013.Profil Tanah
http://
dhyztii.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 28 Januari 2015 pukul
02.54 WIB.
LAMPIRAN
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar