Jumat, 06 Februari 2015

Laporan Pengenalan Pertanian Smt 1 2015




LAPORAN INDIVIDU
KEGIATAN PENGENALAN PERTANIAN 2015




upn.jpg





Disusun oleh :
Singgah Sima Dewi
(135140115)








PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2015

LAPORAN INDIVIDU KEGIATAN
PENGENALAN PERTANIAN


Laporan ini disusun sebagai syarat untuk melengkapi kurikulum mata kuliah Pengenalan Pertanian Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.


Yogyakarta,      Januari  2015


Mengetahui



Asisten Dosen Pembimbing Lapangan






     M. Marzuki Nur Fanani                                                   Ayu Kumala Sari
NIM : 134130047                                                       NIM :135130018



Dosen Pembimbing Lapangan






       Ir. Susilowati, MP                                                  Ir. Indah Widowati, MP
NIP : 19640625 199003 2 001                                  NIP : 19670508 196903 2 001


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan  laporan praktikum mata kuliah Pengenalan Pertanian dengan tepat waktu. Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan praktikum, khususnya kepada :
1.    Ir. Susilowati, MP dan Ir. Indah Widowati, MP selaku dosen pembimbing lapangan kelompok 13
2.    Ayu Kumala Sari dan M. Marzuki Nur Fanani, selaku asisten kelompok 13 yang telah banyak membantu menyelesaikan praktikum serta membantu dalam penyusunan laporan resmi praktikum Pengenalan Pertanian
3.    Seluruh asisten Dosen dan Asisten Dosen praktikum Pengenalan Pertanian
4.    Seluruh teman-teman Fakultas Pertanian angkatan 2014 yang melaksanakan praktikum Pengenalan Pertanian, serta semua pihak yang terlibat dalam pesusunan laporan ini.
Secara khususnya lagi penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan yang besar kepada penulis dalam menyelesaikan laporan praktikum ini. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan laporan ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Dalam penulisan praktikum ini penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan kedepan.

                                                                                       Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... vi

BAB I
A.    Pelaksanaan............................................................................................... 1
B.     Tujuan Praktikum...................................................................................... 1
C.     Latar Belakang.......................................................................................... 1
BAB II
A.    Pengenalan Profil Tanah............................................................................ 7
B.     Pengenalan Budidaya Tanaman Tahap Pra-Produksi................................ 21
1.      Tanaman Padi...................................................................................... 21
2.      Tanaman Cabai.................................................................................... 23
C.     Pengenalan Budidaya Tanaman Tahap Produksi...................................... 25
1.      Tanaman Padi...................................................................................... 25
2.      Tanaman Cabai.................................................................................... 28
D.    Pengenalan Budidaya Tanaman Tahap Pasca Panen................................. 31
1.         Tanaman Padi..................................................................................... 31
2.         Tanaman Cabai................................................................................... 32
3.         Sub Terminal Agribisnis (STA) Sewukan.......................................... 32
E.     Pengenalan Kehidupan Sosial Ekonomi Petani......................................... 35
F.      Pengenalan Pertanian dalam Skala Industri.............................................. 40
1.      Sejarah Berdiri dan Perkembangannya............................................... 40
2.      Ruang Lingkup Kegiatan.................................................................... 42


BAB III
A.    Kesimpulan................................................................................................ 43
B.     Saran.......................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Morfologi Tanah
Tabel 2. Sketsa Profil Tanah
Tabel 3. Usaha Tanaman Semusim
Tabel 4. Pola Pergiliran Tanaman


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pengolahan Tanah pada Budidaya Tanaman Cabai
Gambar 2. Profil Tanah
Gambar 3. Struktur Tanah
Gambar 4. Pengukuran PH Tanah
Gambar 5. Ternak Milik Petani
Gambar 6. Panen Timun
Gambar 7. Pasca Panen Timun
Gambar 8. Wawancara dengan Pedagang di STA
Gambar 9. Kunjungan di Sabila Farm




BAB I
PENDAHULUAN

A.      Pelaksanaan
Praktikum pengenalan pertanian dilaksanakan pada :
Hari           : Minggu-Rabu
Tanggal    : 11-14 Januari 2015
Tempat     : Desa Sewukan, Dukun, Magelang, Jawa Tengah
B.       Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan praktikum pengenalan pertanian adalah sebagai berikut :
1.    Untuk mengetahui pembuatan profil tanah, jenis tanah dan kesesuaian lahan
2.    Untuk mengetahui budidaya tanaman tahap pra-produksi pada tanaman padi dan cabai
3.    Untuk mengetahui budidaya tanaman tahap produksi pada tanaman padi dan cabai
4.    Untuk menegtahui budidaya tanaman tahap pasca panen pada tanaman padi dan cabai
5.    Untuk mengetahui kehidupan sosial ekonomi petani
6.    Untuk mengenal pertanian dalam skala industri
C.      Latar Belakang
Tanah merupakan hasil evolusi dan mempunyai susunan teratur yang unik yang terdiri dari lapisan-lapisan atau horison-horison yang berkembang secara genetik. Proses-proses pembentukan tanah atau perkembangan horison dapat dilihat sebagai penambahan, pengurangan, perubahan atau translokasi. Dengan demikian, di dalam tanah terdapat empat komponen utama, yaitu bahan mineral, bahan organik, udara, dan air tanah. Keberadaan tanah di muka bumi ini memberikan banyak fungsi dan manfaat bagi setiap makhluk hidup yang ada di muka bumi ini. Tanah itu pada mulanya hanya digunakan sebagai tempat untuk berpijak dari umat manusia dan sebagai sumber air yang juga merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Lalu tanah tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah lahan yang digunakan sebagai media tanam, utamanya untuk lahan pertanian. Hingga saat ini, tanah tersebut telah mempunyai fungsi sebagai lahan pembangunan yang saat ini marak dilakukan. Meskipun tanah bersifat multifungsional, tetapi tanah ini juga mempunyai variasi-variasi sehingga tanah tersebut juga diklasifikasikan. Untuk mengklasifikasi tanah tersebut, hal yang perlu diperhatikan ialah profil dari tanah tersebut (Yuliyanti, 2013). Pengenalan tanah di lapangan dilakukan dengan mengamati dan menjelaskan sifat-sifat profil tanah. Profil tanah tersebut dapat dipelajari dan diamati dengan mengenali tanah dengan dinding lubang vertikal ke lapisan paling bawah. Berdasarkan uraian diatas, pengamatan pengenalan profil tanah perlu untuk dilakukan. Untuk mengetahui sifat fisik, kimia dan biologi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Padi dan holtikultura merupakan bahan pangan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sebagai bahan pangan pokok utama padi dan holtikultura memegang posisi yang strategis untuk dikembangkan. Keperluan akan bahan pangan senantiasa menjadi permasalahan yang tidak putus-putusnya. Kekurangan pangan seolah-olah sudah menjadi persoalan akrab dengan manusia. Kegiatan pertanian yang meliputi budaya bercocok tanam merupakan kebudayaan manusia yang paling tua. Seiring dengan peningkatan peradaban manusia, teknik budidaya tanaman juga berkembang menjadi berbagai sistem, mulai dari sistem yang paling sederhana hingga sistem yang canggih (Anonim, 2012). Berbagai teknologi budidaya dikembangkan guna mencapai produktivitas yang diinginkan. Pemenuhan kebutuhan pangan terus berpacu dengan pertambahan jumlah penduduk. Swasembada beras yang dicapai sejak tahun 1984 harus tetap dilestarikan mengingat import beras akan berdampak politis, karena itu beras merupakan komoditi strategis. Masalah pearalihan lahan-lahan pertanian produktif ke sektor non pertanian, keragaman tipe lahan dan iklim, adopsi teknologi di tingkat pertanian, dan lamanya kepemilikan modal secara umum menjadi penyebab tingkat produktivitas usaha tani yang rendah. Prospek pengembangan komoditi holtikultura dimasa mendatang sebenarnya sangat cerah, mengingat kebutuhan konsumsi dalam negeri yang belum terpenuhi serta pangsa pasar import yang cukup besar, khususnya ke negara-negara Timur Tengah, Jepang, bahkan Eropa. Memasuki era globalisasi dalam abad industrilisasi, negara-negara maju mulai meninggalkan sektor industri yang bersifat padat karya, semakin digemarinya buah-buahan tropika akhir-akhir ini merupakan potensi pasar yang perlu diisi, ternyata sumbangan export buah-buahan di Indonesia hanya 0,01% dari total kebutuhan tanaman pangan dunia. Di Indonesia terdapat beragam jenis tanaman pangan (termasuk tanaman  holtikultura) yang dapat diusahakan sepanjang tahun. Keadaan ini merupakan potensi tersendiri dalam memasok kebutuhan tanaman pangan dunia. Permasalah pertanian ini merupakan tantangan sekaligus prospek bagi para ahli profesional  dibidang budidaya tanaman pangan dan hortikultura. Tidak hanya peningkatan kualitas dan kuantitas intensifikasi ekstansifikasi dan deversifikasi komoditi, tetapi diperlukan juga pengelola yang berwawasan luas, terampil serta berperan aktif sebagai motivator dan innovator dalam mengisi pembangun pertanian di sektor tanaman pangan dan hotikultura (Teguh, 2011).
Food security ratio beras domestik pada saat ini baru mencapai 4.38 persen. Oleh karena itu masih diperlukan upaya keras dalam meningkatkan  produksi padi dalam rangka peningkatan ketahanan pangan nasional. Di sisi lain masalah dan tantangan yang dihadapi Indonesia untuk mencapai status ketahanan pangan mantap cukup berat. Dalam lingkup mikro, dengan semakin berkurangnya lahan usahatani sementara jumlah rumahtangga usahatani semakin meningkat, maka jumlah petani tidak berlahan yang berstatus sebagai penggarap dan buruh tani semakin meningkat dan cenderung mengubah sistem kelembagaan pengelolaan lahan usahatani di perdesaan yaitu meningkatnya sistem sewa dan bagi hasil atau sakap. Dalam lingkup mikro, tekanan terhadap lahan usahatani padi serta keterbatasan infrastruktur pertanian (terutama irigasi) juga berpotensi melemahnya daya saing usahatani padi relative terhadap usahatani pangan lainnya yang tidak memerlukan pengairan secara intensif (jagung dan kedele) seperti halnya pada usahatani padi. Dalam konteks diversifikasi pangan, meningkatnya daya saing usahatani pangan non padi akan bersifat positif dalam mendorong peningkatan produksi pangan non padi dan peningkatan diversifikasi pangan sepanjang pola konsumsi karbohidrat masyarakat dapat dengan mudah bergeser dari beras ke komoditas pangan lokal sumber kabohidrat lainnya. Dalam lingkup makro, tanpa perlindungan yang memadai dari pemerintah terhadap usahatani padi, maka dampak globalisasi perdagangan akan menghilangkan daya saing komoditas pangan lokal (khususnya beras) di pasar internasional (Anonim, 2015).
Indonesia mempunyai keunggulan komparatif di sektor agribisnis. Upaya-upaya untuk meraih keunggulan komparatif dapat dilakukan melalui usaha yang efektif dan efisien, serta melalui pengembangan pertanian yang berorientasi agribisnis dengan meningkatkan nilai tambah produk-produk tersebut melalui penanganan pascapanen dan pengolahan, yang didukung strategi dan fasilitas pemasaran yang handal. Agribisnis merupakan sektor yang diyakini mampu membawa kemandirian ekonomi nasional, mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta memperbaiki distribusi pendapatan yang berbasis pada keadilan dan pemerataan. Beberapa hal yang mendukung keyakinan tersebut antara lain adalah :
1.      Agribisnis merupakan sektor yang memiliki keunggulan komparatif, sehingga dengan pengelolaan profesional akan mampu mencapai keunggulan kompetitif yang tinggi, baik di pasar domestik maupun ekspor.
2.      Agribisnis memiliki potensi pasar, karena manfaat produknya yang secara kontinyu dan intensif dibutuhkan oleh masyarakat.
3.      Lebih dari 90% wirausahawan (terutama skala UKM dan Koperasi) bergerak di sektor agribisnis, dan lebih dari 80% tenaga kerja diserap oleh sektor tersebut (mulai dari kota sampai dengan desa) (Feryanto, 2010).
Magelang dan sekitarnya merupakan daerah yang mempunyai potensi sebagai penghasil produk-produk agribisnis di Jawa Tengah, terutama produk-produk sayuran (brokoli, buncis, bunga kol, cabe, gambas, jagung manis, jipang, kapri, kacang panjang, dan lain-lain). Potensi tersebut mendorong berkembangnya pasar lintas kota dan sebagai pemasok produk-produk agribisnis bagi masyarakat di sekitarnya. Dengan demikian eksistensi Sub Terminal Agribisnis (STA) di Desa Sewukan Magelang merupakan hal yang tepat dan relevan. STA tersebut mempunyai fungsi sebagai pusat perdagangan dan transaksi produk-produk agribisnis yang terintegrasi dengan berbagai fasilitas kegiatan penunjangnya. Kondisi tersebut ditujukan untuk memperlancar kegiatan pemasaran dan distribusi produk-produk agribisnis yang dilaksanakan masyarakat, baik sebagai produsen, sebagai pedagang, maupun sebagai konsumen.
Para perancang pembangunan Indonesia pada awal masa pemerintahan Orde Baru telah merancang pembangunan jangka panjang secara bertahap yang di teruskan sampai sekarang. Pada tahap pertama, pembangunan dititikberatkan pada pembangunan sektor pertanian dan industri penghasil sarana produksi pertanian. Pada tahap kedua, pembangunan dititikberatkan pada industri pengolahan penunjang pertanian (agroindustri) yang selanjutnya secara bertahap dialihkan pada pembangunan industri mesin dan logam. Rancangan pembangunan seperti demikian, diharapkan dapat membentuk struktur perekonomian Indonesia yang serasi dan seimbang, tangguh menghadapi gejolak internal dan eksternal. Pada saat Indonesia memulai proses pembangunan secara terencana pada tahun 1969, pangsa sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai lebih dari 40 persen, sementara itu serapan tenaga kerja pada sektor pertanian mencapai lebih dari 60 persen. Fakta inilah yang kemudian mengilhami penyusunan rencana, strategi dan kebijakan yang mengedepankan pembangunan pertanian sebagai langkah awal proses pembangunan. Pendekatan pembangunan pertanian selama pemerintahan Orde Baru dilaksanakan dengan pendekatan komoditas. Pendekatan ini dicirikan oleh pelaksanaan pembangunan pertanian berdasarkan pengembangan komoditas secara parsial (sendiri-sendiri) dan lebih berorientasi pada peningkatan produksi dibanding peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Namun pendekatan komoditas ini mempunyai beberapa kelemahan mendasar, yaitu tidak memperhatikan keunggulan komparatif tiap komoditas, tidak memperhatikan panduan horizontal, vertikal dan spatial berbagai kegiatan ekonomi, dan kurang memperhatikan aspirasi dan pendapatan petani. Oleh karena itu, pengembangan komoditas seringkali sangat tidak efisien dan keberhasilannya sangat tergantung pada besarnya subsidi dan proteksi pemerintah, serta kurang mampu mendorong peningkatan pendapatan petani.
Menyadari akan hal tersebut di atas, maka pendekatan pembangunan pertanian harus diubah dari pendekatan komoditas menjadi pendekatan sistem agribisnis (Rusli, 2014). Seiring dangan hal ini, maka orientasi pembangunan pertanian juga akan mengalami perubahan dari orientasi peningkatan produksi menjadi orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Memasuki era globalisasi yang dicirikan oleh persaingan perdagangan internasional yang sangat ketat dan bebas, pembangunan pertanian semakin dideregulasi melalui pengurangan subsidi, dukungan harga dan berbagai proteksi lainnya. Kemampuan bersaing melalui proses produksi yang efisien merupakan pijakan utama bagi kelangsungan hidup usahatani (Hanafi, 2013). Sehubungan dengan hal tersebut, maka partisipasi dan kemampuan wirausaha petani merupakan faktor kunci keberhasilan pembangunan pertanian.


BAB II
KEGIATAN PENGENALAN PERTANIAN

A.      Pengenalan Profil Tanah, Jenis Tanah, dan Kesesuaian Lahan
Tanah (soil) adalah suatu wujud alam yang terbentuk dari campuran     hasil pelapukan  batuan, bahan organik, bahan anorganik, air dan udara    yang    menempati    bagian paling   atas litosfer (Rahmat dan Yani, 2007).
Tanah terbentuk dari pencampuran komponen penyusun tanah yang bersifat heterogen dan beraneka. Terdapat 4 komponen utama penyusun tanah mineral yang tidak dapat dipisahkan dengan pengamatan yang hanya menggunakan mata telanjang (Sutanto, 2005). Komponen tanah tersebut dipilahkan menjadi 3 fase penyusun tanah, yakni:
a. Fase padat        : bahan mineral dan bahan organik
b. Fase cair           : lengas tanah dan air tanah
c. Fase gas            : udara tanah
Proses pembentukan tanah adalah perubahan dari bahan induk menjadi lapisan tanah. Perkembangan tanah dari bahan induk yang padat menjadi bahan induk yang agak lunak, selanjutnya berangsur-angsur menjadi tanah pada lapisan bawah (subsoil) dan lapisan tanah bagian atas (topsoil), dalam jangka waktu lama sampai ratusan tahun hingga ribuan tahun. Perubahan-perubahan dari batuan induk sampai menjadi tanah karena batuan induk mengalami proses pelapukan, yaitu proses penghancuran karena iklim (Anonim, 2012). Pelapukan digolongkan dalam tiga bentuk :
a.    Pelapukan fisik
b.    Pelapukan kimia
c.    Pelapukan biologis
Pelapukan fisik sering disebut juga alterasi yakni proses pemecahan dan pelembutan batuan tanpa mengalami perubahan susunan kimia dan tidak ada pembentukan mineral baru. Pelapukan kimia adalah proses pelapukan dan penguraian pecahan-pecahan batuan dan mineral-mineral ke dalam unsur-unsur penyusunnya yang biasa disertai dengan pembentukan mineral-mineral baru. Pelapukan biologis adalah pelapukan yang disebabkan kegiatan tanaman dan hewan, baik yang tingkat tinggi maupun yang tingkat rendah. Dalam proses pemecahan batuan induk menjadi tanah terjadi aktivitas hidup organisme. Bakteri autotrof dan lumut-lumut pada waktu mati menjadi bahan organik bagi kehidupan organisme yang lain. Tumbuhan tingkat tinggi berperan dengan aktivitas akar-akarnya masuk dicelah-celah retakan batuan dan seterusnya (Anonim, 2012).
Tanah terbentuk melalui proses pelapukan dan pengendapan batu-batuan (bahan organik dan bahan anorganik) di bawah iklim tropika basah sehingga tanah-tanah di Indonesia umumnya memiliki kedalaman tanah yang tebal. Kepulauan Indonesia yang dulunya merupakan wilayah laut dengan endapan sedimen dan juga daerah yang kaya dengan gunung api. Dengan demikian, tanah di indonesia banyak yang berasal dari batuan sedimen yang mengalami pengangkatan dan bahan gunung api diikuti pengerjaan oleh tenaga endogen dan eksogen seperti tenaga air (aquatis). (Khosim dan Lubis, 2007). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, antara lain:
a.    Iklim
b.    Organisme
c.    Batuan Induk
d.   Vegetasi
e.    Relief (tinggi rendahnya permukaan)
f.     Waktu
Iklim ini terbagi menjadi dua, yaitu suhu dan curah hujan. Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila fluktuasi suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah juga cepat. Sedangkan, curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah) (Anonim, 2012). Pengaruh suhu terhadap pembentukan tanah dapat terjadi dalam dua cara, yakni memperbesar evapotranspirasi (penguapan tanah) sehingga mempengaruhi tingkat kelembaban tanah dan mempercepat reaksi kimia dalam tanah. Dalam pembentukan tanah, yang berpengaruh adalah kandungan jumlah air dalam tanah. Suhu udara dan curah hujan yang    tinggi    dapat    melakukan    proses   pelapukan   dan   pencucian yang    berlangsung   cepat.    Akibatnya,    banyak    yang    mengalami pelapukan lanjut sehingga kadar unsur haranya rendah dan bereaksi asam (Hartono, 2007). Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal :
a.    Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur yang larut oleh air.
b.    Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik atau mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
c.    Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organik yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
d.   Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis tanaman cemara   akan memberi   unsur-unsur  kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara, derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah yang ada di bawah pohon jati (Anonim, 2012).
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induk terkadang masih terlihat pada tanah baru, misalnya tanah bertekstur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi di atasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula, akibatnya pencucian asam silikat dapat dihindari dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah (Anonim, 2012). Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi :
a.    Tebal atau tipisnya lapisan tanah, daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.
b.    Sistem drainase, daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin tua. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan, sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua (Anonim, 2012).
Tanah muda ditandai oleh masih tampaknya pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampaknya struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol, dan litosol. Tanah dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horizon B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, dan grumusol. Tanah tua proses pembentukan tanah  berlangsung  lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada perlapisan tanah. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit) (Anonim, 2012). Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan  waktu 100 tahun untuk membentuk   tanah  muda dan 1.000–10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa. Dengan melihat perbedaan sifat faktor-faktor pembentuk tanah tersebut, pada suatu tempat tentunya akan menghasilkan ciri dan jenis tanah yang berbeda-beda pula. Sifat dan jenis tanah sangat tergantung pada sifat-sifat faktor pembentukan tanah. Kepulauan Indonesia mempunyai berbagai tipe kondisi alam yang menyebabkan adanya perbedaan sifat dan jenis tanah di berbagai wilayah, akibatnya tingkat kesuburan tanah di Indonesia juga berbeda-beda (Anonim, 2012).
Warna merupakan salah satu sifat fisik tanah yang lebih banyak digunakan untuk pendeskripsian karakter tanah, karena tidak mempunyai efek langsung terhadap tetanaman tetapi secara tidak langsung berpengaruh lewat dampaknya terhadap temperatur dan kelembapan tanah. Warna tanah dapat meliputi putih, merah, coklat, kelabu, kuning dan hitam, kadangkala dapat pula kebiruan atau kehijauan. Kebanyakan tanah mempunyai warna yang tidak murni, tetapi campuran kelabu, coklat dan bercak, kerapkali 2-3 warna terjadi dalam bentuk spot-spot, disebut karatan (Tan, 1995). Pengamatan warna tanah dengan indera menunjukkan warna tanah yang bervariasi, menggambarkan petunjuk tentang sifat-sifat tanah. Sifat tanah yang berkaitan dengan warna tanah kandungan bahan organik, kondisi drainase yang serasi. Warna tanah digunakan dalam menentukan klasifikasi tanah dan mencirikan perbedaan horizon-horizon tanah, atas dasar warnanya yang muncul sebagai akibat gaya-gaya aktif dalam proses pembentukan tanah. Intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor berikut :
a.    Jenis mineral dan jumlahnya
b.    Kandungan bahan organik tanah, dan
c.    Kadar air tanah dan tingkat hidratasi.
Tanah yang mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa dapat menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan beragam warna dari putih sampai merah. Hematit dapat menyebabkan warna tanah menjadi merah sampai merah tua. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin gelap (kelam) dan sebaliknya makin sedikit kandungan bahan organik tanah maka warna tanah akan tampak lebih terang. Tanah dengan kadar air yang lebih tinggi atau lebih lembab hingga basah menyebabkan warna tanah menjadi lebih gelap (kelam).
Pengamatan dilapangan pada umumnya didasarkan atas type struktur, klas struktur dan derajat struktur.  Ada macam-macam tipe tanah dan pembagian menjadi bermacam-macam klas pula. Di sini akan dibagi menjadi 7 tipe tanah yaitu  tipe lempeng ( platy ), tipe tiang, tipe gumpal ( blocky ), tipe remah ( crumb ), tipe granulair, tipe butir tunggal dan tipe pejal ( masif ). Dengan pembagian kelas yaitu dengan fase sangat halus, halus, sedang, kasar dan  sangat kasar. Untuk semua tipe tanah  dengan ukuran kelas berbeda-beda untuk masing-masing tipe. Berdasarkan tegas dan tidaknya agregat tanah dibedakan atas :
a.    Tanah tidak beragregat dengan struktur pejal atau berbutir tunggal, tanah lemah ( weak ) yaitu tanah yang jika tersinggung  mudah pecah menjadi pecahan-pecahan yang masih dapat terbagi lagi menjadi sangat lemah dan agak lemah tanah.
b.    Sedang atau cukup yaitu tanah  berbentuk agregat yang jelas yang masih dapat dipecahkan, tanah kuat (strong) yaitu tanah yang telah membentuk agregat yang tahan lama dan jika dipecah terasa ada tahanan serta dibedakan lagi atas sangat kuat dan cukupan  (Koorevaar, 1987).
Struktur tanah adalah penyusunan (arrangement) partikel-partikel tanah primer seperti pasir, debu dan lempung membentuk agregat-agregat yang satu agregat dengan agregat lainnya dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Struktur horison-horison tanah sering berbeda satu dengan yang lainnya dan merupakan penciri yang penting dari sifat tanah, sama halnya dengan tekstur dan warna tanah. Struktur dapat memodifikasikan pengaruh tekstur dalam hubungannya dengan porositas, tersedianya unsur hara kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan. Struktur tanah yang sempurna mampu memperbaiki sistem aerasi dan gerakan air (Bale, 2001). Proses  pelapukan  adalah  berubahnya  bahan  penyusun  didalam  tanah dari  bahan  penyusun  batuan.   Sedangkan  proses  perkembangan  tanah  adalah terbentuknya  lapisan  tanah  yang  menjadi ciri, sifat, dan kemampuan yang khas dari  masing-masing  jenis tanah. Contoh  proses pelapukan adalah  hancurnya batuan  secara fisik,  sedangkan  contoh  untuk  peristiwa  perkembangan  tanah adalah terbentuknya horison tanah, latosolisasi (Darmawijaya, 1990 ).
Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut :
a.    Pasir, apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan.
b.    Pasir berlempung, apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur.
c.    Lempung berpasir, apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur.
d.   Lempung, apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
e.    Lempung berdebu, apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat.
f.     Debu, apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat.
g.    Lempung berliat, apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.
h.    Lempung liat berpasir, apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.
i.      Lempung liat berdebu, apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.
j.      Liat berpasir, apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
k.    Liat berdebu, apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
l.      Liat, apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan (Hardjowigeno, 1992).
Tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap. Sedangkan dilapisan bawah, dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam tanah. 3 H2O (limonit) yang berwarna kuning cokelat. Sedangkan pada tanah yang kadang-kadang basah dan kadang-kadang kering, maka selain berwarna abu- abu (daerah yang tereduksi) didapat pula becak-becak karatan merah atau kuning, yaitu di tempat-tempat dimana udara dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi besi ditempat tersebut. Keberadaan jenis mineral dapat menyebabkan warna lebih terang (Hardjowigeno, 1992). Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah.
Tingkat Kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir tanah dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori :
1)   Tidak Lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau benda lain.
2)   Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain.
3)   Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain.
4)   Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau benda lain.
Tingkat Plastisitas, yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan, ini dibagi 4 kategori berikut:
1)   Tidak Plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak dapat membentuk gulungan tanah.
2)   Agak Plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan tanah kurang dari 1 cm.
3)   Plastis (Nilai 2): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut.
4)   Sangat Plastis (Nilai 3): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut.
Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori sebagai berikut:
1)   Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau antar butir tanah mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).
2)   Sangat gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur bila diremas.
3)   Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat menghancurkan gumpalan tanah.
4)   Teguh atau kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat saat meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah.
5)   Sangat teguh atau sangat kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut (Suyanto, 2009).
Dari dasar teori diatas dapat diketahui jika tanah merupakan bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik yang sangat penting peranannya bagi pertanian, karena tanah merupakan media tempat tumbuhnya tanaman dengan menyediakan hara dan air serta menopang pertumbuhan akar. Tanah terbentuk dari proses pelapukan bahan induk dan memiliki lapisan-lapisan, dimana antar lapisan memiliki karakteristik fisik, kimia dan biologi yang berbeda.Selain itu juga mempunyai morfologi, struktur, warna, dan pH dan kandungan sehingga mempunyai sifat yang berbeda pula. Dan berikut adalah data dan hasil pengamatan dari aspek tanah di Desa Sewukan, Dukun, Magelang, Jawa Tengah :
Pengamatan Sifat Tanah
Lokasi                              : Desa sewukan, Kec. Dukun, Kab. Magelang
Koordinat                         : S 670 31, 950ꞌ
                                       E 1100 21, 197ꞌ Cuaca : cerah
Vegetasi                            : Padi, cabai, kacang, singkong, sayuran
Bahan induk                      : Material vulkanik
Penggunaan lahan            : Sawah
Fisiografi                          : Sistem volkanik
Kemiringan lereng             : 5%
Relief                                 : teras
Ketinggian tempat           : 686 m dpl
Drainase permukaan         : cepat
Jeluk mempan               : 61 cm
Jenis lapisan pembatas    : pasir
Klasifikasi tanah
a.    PPT                              : regosol
b.    FAO-UNESCO          : regosol
c.    Soil Taxonomy            : entisol


Tabel 1. Morfologi Tanah
No. Lapisan
I
II
III
IV
Batas lapisan
Bentuk :
Rata datar
Rata miring
Berombak
Bergelombang
Tak beraturan
Patah-patah
Melidah
0-14/18

   
14/18-31/36



     
31/36-46/49



     
46/49-57/61



      
Kelas tekstur
Geluh debuan
Geluh lempungan
Geluh pasiran
Geluh pasiran
Struktur :
Tipe


Ukuran


Derajat

Remah


Sangat Halus

Lemah

Gumpal membulat

Sangat halus

Lemah

Gumpal membulat

Halus


Sedang

Gumpal membulat

Halus


Sedang
Warna
Dark yellowish brown
Dark brown
Dark Brown
Dark yellowish brown
pH
5,5
5,5
5,5
5,5
Bahan organik
+
+
+
+
Kapur
_
_
_
_
Proses pembentukan tanah :
Tanah terbentuk dari material vulkanik yang telah lapuk. Tahap pertama, yaitu terjadi penghancuran dan pelembutan bahan induk berupa material vulkanik tanpa perubahan susunan kimia dipengaruhi oleh faktor iklim yang bersifat merusak seperti sinar matahari, suhu dan keadaan musim.
Tabel 2. Sketsa Profil Tanah
Sketsa Profil Tanah
Kedalaman Lapisan (cm)
Uraian
I
II
IV
Pasir
III











0-14/18

14/18-31/36
31/36-46/49

46/49-57/61
Pada lapisan I mempunyai kedalaman atas 14 cm dan kedalaman bawah 18 cm. Pada lapisan II mempunyai kedalaman atas 31 cm dan kedalaman bawah 46 cm. Pada lapisan III mempunyai kedalaman atas 46 dan kedalaman bawah 49 cm. Pada lapisan ke IV mempunyai kedalaman atas 57 cm dan kedalaman bawah 61 cm dan pada lapisan ini terdapat Fe.
Berdasarkan hasil data dari pengamatan praktikum diatas bahwa  pada percobaan   profil tanah di lapangan yaitu di desa sewukan dengan koordinat S 670 31, 950ꞌ dan E 1100 21, 197ꞌ, bahwa terlihat adanya lapisan yang terdiri dari lapisan I, lapisan II, lapisan III, dan lapisan IV. Pada pengamatan profil tanah, lapisan I memiliki kedalaman 0-14/18 cm, lapisan ke II memiliki  kedalaman 14/18-31/36 cm, lapisan III memiliki kedalaman  31/36-46/49 cm, dan lapisan IV memiliki kedalaman 46/49-57/61 cm. Perbedaan lapisan tanah disebabkan oleh tofografi yaitu konfigurasi permukaan dari suatu area atau wilayah. Perbedaan tofografi akan mempengaruhi jenis tanah yang terbentuk. Tanah pada daerah lereng infiltrasi kurang dibandingkan kehilangan melalui runcff. Sedangkan pada daerah datar atau rendah, menerima kelebihan air sehingga dapat menyediakan air lebih banyak untuk proses genesis tanah.
Warna tanah dipengaruhi kandungan bahan organik, mineral, drainase, kandungan air, dan aerasi. Pada pengamatan profil tanah ditemukan perbedaan warna dari setiap lapisan, lapisan I berwarna Dark Yellowish Brown, lapisan II berwarna Dark Brown, lapisan III Dark Strong Brown, dan lapisan IV berwarna Dark Yellowish Brown.
Tekstur tanah adalah perbandingan tanah yang menunjukkan kasar dan halusnya tanah dari fraksi tanah halus (2mm). Pada pengamatan profil tanah, diperoleh data lapisan I berupa geluh debuan, lapisan II berupa geluh lempungan, dan lapisan III berupa geluh pasir dan lapisan IV juga berupa geluh pasir. Tekstur tanah penting untuk diketahui, karena komposisi ketiga fraksi butir-butir tanah tersebut akan menentukan sifat-sifat fisika, fisika kimia, dan kimia tanah.  Hal ini dikarenakan adanya proses pencucian.
Struktur tanah adalah gumpalan kecil dari butir butir tanah. Gumpalan gumpalan ini terjadi karena butir butir pasir debu dan liat terikat satu sama lain. Pada pengamatan profil tanah, lapisan I bentuk strukturnya adalah sangat halus, pada lapisan ke II bentuk strukturnya adalah sangat halus,dan pada lapisan III strukturnya adalah halus dan lapisan ke IV strukturnya adalah halus. Idealnya bahwa struktur disebut granular. Struktur granular merupakan struktur tanah yang ideal untuk pertanian lahan kering karena struktur ini di peroleh dengan keadaan aerasi baik serta drainase yang baik.
Pada profil tanah yang di amati, lapisan IV mengandung karatan. Pada lapisan tanah IV kandungan karatannya berupa Fe. Karatan berwarna merah mengandung besi (Fe). Karatan merupakan hasil reaksi oksidasi dan reduksi dalam tanah. Karatan menunjukkan hasil reaksi oksidasi dan reduksi dalam tanah. Karatan menunjukkan bahwa udara masih dapat kedalam tanah setempat sehingga terjadi oksidasi ditempat tersebut dan terbentuk senyawa-senyawa Fe3+ yang berwarna merah. Bila air tidak pernah menggenang tata udara dalam tanah selalu baik, maka seluruh profil tanah dalam keadaan oksidasi (Fe3+) oleh karena itu umumnya berwarna merah atau coklat.

B.       Pengenalan Budidaya Tanaman Tahap Pra-Produksi
1.         Tanaman Padi
1.1.  Pengolahan Tanah
Pada budidaya tanaman padi sawah pengolahan tanah dilakukan dengan sistem olah tanah sempurna. Proses pengolahan lahan sawah yang diawali dengan cara melakukan pemisahan jerami, sisa-sisa panen yang tidak terangkat, rumput dan tanaman gulma lainnya. Apabila tanah setelah mengalami musim kemarau, sebelum diolah tanah digenangi air terlebih dulu beberapa hari agar pori-pori tanah membuka dan tekstur tanah menjadi  lembek. Setelah tanah menjadi lembek, artinya tanah siap untuk diolah. Pengolahan pertama dilakukan dengan cara dibajak, bisa menggunakan bajak atau singkal dengan bantuan sapi atau kerbau.  atau bisa juga menggunakan bajak traktor tangan. Proses pembajakan ini dilakukan dengan cara membalikan lapisan olah tanah agar sisa - sisa tanaman seperti  rumput, dan jerami dapat terbenam. Setelah tanah dibajak, tanah dibiarkan beberapa hari, agar terjadi proses fermentasi untuk membusukan sisa tanaman dan jerami di dalam tanah. Selama proses tersebut ditambahkan bahan organik lainnya seperti pupuk kandang dan pupuk hijau agar kandungan hara dalam tanah dapat meningkat. Penggunaan bahan organik bertujuan untuk memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Bahan organik atau pupuk kandang sebanyak 2-3 ton/ha, seperti kompos, jerami, pupuk kandang atau kotoran sapi atau ayam, pupuk hijau dan pupuk organik lainnya. Pupuk kandang dan sumber organik lainnya digunakan  pada saat pengolahan lahan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kadar bahan organik tanah. Dan menyediakan mikro hara dan faktor-faktor pertumbuhan lainnya yang biasanya tidak disediakan oleh pupuk kimia (anorganik). Penggunaan bahan-bahan ini juga dapat meningkatkan pertumbuhan mikroba dan perputaran hara dalam tanah. Kemudian dilakukan proses pengolahan kedua yaitu proses penggemburan atau proses pencampuran antara bahan organik dengan tanah.  Proses ini dimaksudkan agar bahan organik dapat menyatu dengan lapisan olah tanah. Diusahakan selama pengolahan ini pasokan air dapat mencukupi, tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah. Proses pencampuran dilakukan  sampai bahan organik benar-benar menyatu dan melumpur dengan lapisan olah tanah. Proses  selanjutnya permukaan tanah diratakan dengan bantuan alat berupa papan kayu yang ditarik sapi atau kerbau, atau dengan menggunakan traktor tangan. Proses ini dimaksudkan agar lapisan olah tanah benar-benar siap untuk di tanami tanaman padi pada saat tandur dilaksanakan.
1.2.  Kebutuhan Sarana Produksi
Sarana produksi yang diperlukan untuk melakukan budidaya padi  yaitu lahan, benih atau bibit, saluran irigasi,  pupuk, obat-obatan, peralatan pengolahan tanah, peralatan panen dan pasca panen dan tempat penyimpanan.
1.3.  Teknik Budidaya
Teknis budidaya padi sawah yaitu pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam yang dilakukan secara sempurna dengan dua kali pembajakan menggunakan traktor. Setelah olah tanah tanaman yang sudah melalui pesemaian selama 21 hari di tanam pada lahan sawah yag lebih luas. Jumlah bibit yang ditanam 3 batang per lubang dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm. Tanam dilakukan dengan kondisi lahan jenuh air (ketinggian air kurang lebih 2 cm dari permukaan tanah macak-macak). Dalam penanaman di gunakan tali rafia sebagai mal untuk mengatur jarak tanam.

2.         Tanaman Cabai
2.1.  Pengolahan Tanah
Sebelum dilakukan penyemaian bibit, yang harus dilakukan pada budidaya tanaman cabai adalah tanah diolah terlebih dahulu menggunakan sistem olah tanah sempurna yaitu tanah dibalik dan digemburkan guna menyingkirkan material yang berada di lahan seperti batu dan logam atau pun material tanah yang berpotensi menghambat pertumbuhan tanaman kemudian tanah yang sudah gembur dicampur dengan pupuk. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang dengan dosis 50 kg dan pupuk kimia dengan dosis 1-2 kg, pupuk kimia yang digunakan adalah MPK Mutiara. Pengolahan tanah untuk tanaman cabai dapat dilakukan bersamaan dengan penyemaian. Hal ini bertujuan agar pada saat pengolahan tanah selesai, bibit cabai dapat dipindahkan langsung ke lahan penanaman. Hal ini juga tentu saja bertujuan untuk membersihkan lahan dari sampah non-organik misalnya plastik atau logam-logam berat yang dapat mengakibatkan pencemaran tanah yang dapat berdampak pada peningkatan gagal panen kelak. Pembasmian pohon-pohon atau tanaman liar yang tidak bernilai ekonomis dan membiarkan lahan tanam terbuka, guna memberikan masuknya sinar matahari kedalam partikel-partikel tanah. Setelah olah tanah selesai kemudian tanah di buat gundukan dan ditutup menggunakan plastik mulsa berwarna perak agar selama penanaman cahaya matahari dapat dipantulkan.
2.2.  Kebutuhan Sarana Produksi
Dalam budidaya tanaman cabai memerlukan sarana produksi berupa peralatan yang diperlukan dalam kegiatan budidaya tanaman sayuran adalah alat pengolah tanah seperti garpu, sekop, dan cangkul serta alat pemeliharaan tanaman seperti gembor, kored, dan sprayer. Namun demikian mungkin saja nama alat pertanian pada setiap daerah bisa berbeda. Sedangkan terkait dengan bahan yang dibutuhkan antara lain adalah benih atau bibit, pupuk, pestisida, serta media tanam.
2.3.  Teknik Budidaya
Tanaman dengan nama varietas TM 42 atau cabai keriting menggunakan sistem tanam tumpang sari yaitu dalam satu lahan selain ditanami cabai juga ditanami dengan tanaman lain. Setelah olah tanah dan pembuatan gundukan, pada bagian punggung gundukan ditanami cabai kemudian pada bagian pinggir gundukan ditanami dengan tanaman sayuran lain. Jarak tanam yang digunakan adalah 35 cm x 35 cm, tanaman ditanam dalam bentuk bibit, dalam satu lubang tanam ditanami oleh satu bibit tanaman. Umur bibit yang digunakan adalah 25 hari dalam pesemaian.


C.      Pengenalan Budidaya Tanaman Tahap Produksi
1.         Tanaman Padi
1.1  Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan berupa olah tanah sempurna kemudian penanaman seperti penjelasan sebelumnya. Pengairan dilakukan 3 hari setelah tanam dengan sistem pengairan berselang yaitu sawah diatur dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian. Setelah tanaman berumur 14 hari dilakukan pemupukan menggunakan pupuk urea dengan dosis 50-70 kg per hektar, pemupukan dilakukan dengan cara disebar diseluruh permukaan tanah. Selanjutnya adalah penyiangan, penyiangan dapat dilakukan dengan cara mencabut gulma dengan tangan, menggunakan alat gasrok (landak) atau menggunakan herbisida. Pengendalian gulma atau penyiangan secara manual hanya efektif dilakukan apabila air di petakan sawah dalam kondisi macak-macak atau tanah jenuh air. Jika kondisi tidak memungkinkan dilakukan penyiangan atau pengendalian gulma secara manual dan populasi gulma sudah tinggi maka pengendalian gulma dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida. Selain penyiangan pengendalian hama dan penyakit juga sangat penting dalam pemeliharaan tanaman dilakukan dengan cara menggunakan varietas tahan hama dan penyakit, memanfaatkan musuh alami atau menggunakan pestisida dengan dosis yang sesuai.
1.2. Identifikasi Agroklimat
Tanaman padi bisa ditanam pada musim kemarau maupun musim hujan. Tanaman padi di panen setelah terlihat masak  90% masak dilapangan sekitar umur 110 hari. Kemasakan bulir padi dipengaruhi oleh lamanya sinar matahari. Pada musim kemarau biasanya tanaman padi akan lebih cepat panen dan pada musim hujan akan lebih lama panen. Panen padi dilakukan dengan cara memotong tanaman padi dengan sabit, pemotongan tanaman padi harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah kehilangan biji padi.
1.3. Gejala Penyimpangan
Kekurangan salah satu atau beberapa unsur hara akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak sebagaimana mestinya yaitu ada kelainan atau penyimpangan-penyimpangan dan banyak pula tanaman yang mati muda. Bila tidak ada faktor lain yang mempengaruhi, maka tanda-tanda kekurangan unsur hara terlihat sebagai berikut:
1.      Kekurangan unsur hara Nitrogen (N).
Warna daun hijau agak kekuning-kuningan dan pada tanaman padi warna ini mulai dari ujung daun menjalar ke tulang daun selanjutnya berubah menjadi kuning lengkap, sehingga seluruh tanaman berwarna pucat kekuning-kuningan. Jaringan daun mati dan inilah yang menyebabkan daun selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan, pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil, perkembangan buah tidak sempurna atau tidak baik, seringkali masak sebelum waktunya, dapat menimbulkan daun penuh dengan serat, hal ini dikarenakan menebalnya membran sel daun sedangkan selnya sendiri berukuran kecil-kecil, dalam keadaan kekurangan yang parah, daun menjadi kering, dimulai dari bagian bawah terus ke bagian atas.
2.      Kekurangan unsur hara Fosfor (P)
Terhambatnya pertumbuhan sistem perakaran, batang dan daun, warna daun seluruhnya berubah menjadi hijau tua keabu-abuan, mengkilap, sering pula terdapat pigmen merah pada daun bagian bawah, selanjutnya mati. Pada tepi daun, cabang dan batang terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning. hasil tanaman yang berupa bunga, buah dan biji merosot. Buahnya kerdil-kerdil, nampak jelek dan lekas matang.


3.      Kekurangan unsur hara Kalium (K)
Daun-daun berubah jadi mengerut alias keriting (untuk tanaman kentang akan menggulung) dan kadang-kadang mengkilap terutama pada daun tua, tetapi tidak merata. Selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampak menguning, warna seperti ini tampak pula di antara tulang-tulang daun pada akhirnya daun tampak bercak-bercak kotor (merah coklat), sering pula bagian yang berbercak ini jatuh sehingga daun tampak bergerigi dan kemudian matiBatangnya lemah dan pendek-pendek, sehingga tanaman tampak kerdilBuah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah dan tidak tahan disimpanPada tanaman kelapa dan jeruk, buah mudah gugurBagi tanaman berumbi, hasil umbinya sangat kurang dan kadar hidrat arangnya demikian rendah.
4.      Kekurangan unsur hara Kalsium (Ca)
Daun-daun muda selain berkeriput mengalami perubahan warna, pada ujung dan tepi-tepinya klorosis (berubah menjadi kuning) dan warna ini menjalar di antara tulang-tulang daun, jaringan-jaringan daun pada beberapa tempat mati, kuncup-kuncup muda yang telah tumbuh akan mati pertumbuhan sistem perakarannya terhambat, kurang sempurna malah sering salah bentukPertumbuhan tanaman demikian lemah dan menderita.
5.      Kekurangan unsur hara Magnesium (Mg)
Daun-daun tua mengalami klorosis (berubah menjadi kuning) dan tampak di antara tulang-tulang daun, sedang tulang-tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau, bagian di antara tulang-tulang daun itu secara teratur berubah menjadi kuning dengan bercak-bercak merah kecoklatan, daun-daun mudah terbakar oleh teriknya sinar matahari karena tidak mempunyai lapisan lilin, karena itu banyak yang berubah warna menjadi coklat tua kehitaman dan mengkerut, pada tanaman biji-bijian, daya tumbuh biji kurang atau lemah, malah kalau toh ia tetap tumbuh maka ia akan nampak lemah sekali.
6.      Kekurangan unsur hara Belerang (S)
Daun-daun muda mengalami klorosis (berubah menjadi kuning), perubahan warna umumnya terjadi pada seluruh daun muda, kadang mengkilap keputih-putihan dan kadang-kadang perubahannya tidak merata tetapi berlangsung pada bagian daun selengkapnya, perubahan warna daun dapat pula menjadi kuning sama sekali, sehingga tanaman tampak berdaun kuning dan hijau, seperti misalnya gejala-gejala yang tampak pada daun tanaman teh di beberapa tempat di Kenya yang terkenal dengan sebutan”Tea Yellow” atau ”Yellow Disease” Tanaman tumbuh terlambat, kerdil, berbatang pendek dan kurus, batang tanaman berserat, berkayu dan berdiameter kecilPada tanaman tebu yang menyebabkan rendemen gula rendah Jumlah anakan terbatas.
7.      Kekurangan unsur hara Klorida (Cl)
Dapat menimbulkan gejala pertumbuhan daun yang kurang normal terutama pada tanaman sayur-sayuran, daun tampak kurang sehat dan berwarna tembagaKadang-kadang pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan kapas menunjukkan gejala seperti di atas.
2.         Tanaman Cabai
2.1. Pemeliharaan
Selama penanaman dilakukan pemeliharaan tanaman berupa pengairan, pemupukan, pembumbunan, perompesan, pemasangan ajir dan pengendalian OPT. Pengairan lebih bergantung pada curah hujan selain itu penyiraman juga dilakukan sekali dalam 10 hari. Pemberian pupuk dilakukan sekali saja pada  awal tanam dengan cara siraman. Pupuk yang digunakan dalam pemeliharaan tanaman cabai adalah pupuk kandang dengan dosis 50 kg dan pupuk kimia dengan dosis 1-2 kg. Selain itu pembumbunan perlu dilakukan 2-3 hari setelah tanam agar menghilangkan sisa penguapan pupuk kimia dalam lubang tanam ketika benih mulai ditanam.Yang tidak kalah penting dalam pemeliharaan tanaman adalah pengendalian Gulma, hama dan penyakit pada tanaman. Gulma yang muncul pada penanaman cabai biasanya berupa rumput liar, gulma ini dapat dikendalikan salah satunya dengan pemberian kapur gulmit dengan dosis 2 kwintal per 1500 meter. Selain gulma, hama juga sering mengganggu pertumbuhan produktivitas tanaman cabai. Hama yang biasanya menyerang tanaman cabai adalah ulat dan trip. Para petani di desa sewukan biasa menggunakan pestisida dalam mengatasi hama yang menyerang tanaman, dosis pestisida yang digunakan adalah 2 cc. Selain gulma dan hama yang perlu dikendalikan adalah penyakit, penyakit pada tanaman cabai berupa jamur, pengendaliannya dilakukan dengan cara pemberian fungisida dengan dosis 10 cc secara bertahap. Selanjutnya setelah pengendalian OPT yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan tanaman cabai adalah pemasangan ajir dalam 7-10 hari setelah tanam dan perompesan yang dilakukan secara bertahap agar dapat mengurangi penguapan pada tanaman. Kemudian tanaman cabai dapat dipanen pada usia 120 hari, cara memanennya adalah dengan cara memetik cabai yang sudah berwarna merah ataupun kuning kemerahan.
2.2. Identifikasi Agroklimat
Tanaman cabe dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun tinggi. Ketinggian maksimum agar produksinya tidak mengalami penurunan adalah + 2000 m dpl sebab tanaman ini membutuhkan iklim yang tidak terlalu dingin dan juga tidak terlalu lembab. Lingkungan tumbuh yang paling sesuai adalah berudara hangat dan kering dengan kisaran suhu antara 15 – 32o C. Jenis tanah yang sesuai adalah lempung berpasir dengan pH 5 – 6,8. Tanaman cabai dapat dipanen saat tanaman berumur 120 hari. Tanda-tanda tanaman cabai dapat dipanen adalah apabila warna cabai merah atau kuning kemerah-merahan. Pemanenan dapat dilakukan 10 sampai 20 kali dengan cara memetik cabai yang sudah siap panen secara bertahap.
2.3.Gejala Penyimpangan
Penyimpangan pada tanaman cabai adalah gejala serangan penyakit antraknosa atau patek pada buah ditandai buah busuk berwarna kuning-coklat seperti terkena sengatan matahari diikuti oleh busuk basah yang terkadang ada gejalanya berwarna hitam. Sedangkan pada biji dapat menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila telah menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah kecambah. Pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut ke bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan busuk kering warna cokelat kehitam-hitaman.

D.      Pengenalan Budidaya Tanaman Tahap Pasca Panen
1.      Tanaman Padi
Penumpukan dan pengumpulan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah padi dipanen. Ketidak-tepatan dalam penumpukan dan pengumpulan padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang cukup tinggi. Untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kehilangan hasil pada waktu penumpukan dan pengangkutan padi para petani menggunakan alas. Penggunaan alas dan wadah pada saat penumpukan dan pengangkutan dapat menekan kehilangan hasil antara 0,94 - 2,36 %. Setelah dipanen, gabah segera dirontokkan dari malainya. Perontokan dilakukan dengan perontok bermesin ataupun dengan tenaga manusia. Untuk mengantisipasi agar gabah tidak terbuang saat perontokan maka para petani memberi tempat perontokan dengan  alas dari anyaman bambu atau lembaran plastik tebal (terpal). Dengan alas tersebut maka seluruh gabah diharapkan dapat tertampung. Setelah dirontokkan, butir-butir gabah dikumpulkan di gudang penyimpanan sementara atau di teras rumah atau bagian lain dari rumah.
Gabah dikeringkan sebelum disimpan dan digiling. Pengeringan gabah umumnya dilakukan di bawah sinar matahari. Gabah yang dikeringkan ini dihamparkan di atas lantai semen terbuka. Penggunaan lantai semen terbuka ini agar sinar matahari dapat secara penuh diterima gabah. Waktu penjemurannya sekitar seminggu, sampai kadar air mencapai 14%. Selanjutnya adalah pemisahan beras dari kulitnya dilakukan dengan cara modern atau dengan alat penggiling. Alat yang sering digunakan berupa hulle. Hasil yang diperoleh pada penggilingan yaitu pada tahap pertama diperoleh beras pecah kulit. Pada penggilingan tahap kedua, beras akan menjadi putih bersih.
Beras yang sudah digiling langsung dipasarkan. Namun, karena umumnya beras tidak langsung dapat dipasarkan seluruhnya maka para petani menyediakan tempat penyimpanan. Beras disimpan di gudang setelah dikemas dalam karung plastik berukuran 40 Kg atau 50 Kg. Pengemasan dalam karung ini dilakukan secara manual oleh petani. Bagian karung yang terbuka dijahit tangan hingga tertutup rapat. Dalam gudang penyimpanan terkadang beras diserang oleh hama bubuk.
Biasanya hama bubuk menyerang beras yang tidak kering benar saat pengeringan. Hama bubuk tidak menyukai beras yang kering karena keras. Selain itu, hama bubuk pun menyukai tempat lembab sehingga ruangan gudang harus kering, yang dilengkapi dengan ventilasi udara. Untuk menanggulanginya para petani menumpuk dan menata beras sedemikian rupa agar beras yang sudah lebih dahulu disimpan dapat mudah keluar lebih awal. Kemudian beras dipasarkan. Ada dua cara pemasaran beras, pertama petani menjual langsung di lahan pada saat sudah siap panen kepada pedagang pengumpul yang disebut penebas. Penebas inilah yang akan memanen dan mengolahnya lebih lanjut menjadi beras. Kedua, petani sendiri yang memanen,mengeringkan,lalu menjual kepedagang pengumpul,baik berupa gabah kering giling atau sudah menjadi beras. Penjualan beras biasanya dilakukan petani langsung kepada pedagang beras di STA, dijual langsung ke konsumen.
2.      Tanaman Cabai
Cabai yang siap panen adalah cabai yang berumur 120 hari ditandai dengan warnanya yang mulai kemerahan atau kunung kemerahan. Cara memanennya adalah dengan cara dipetik cabai yang telah siap panen. Warga desa sewukan biasanya mengemas cabai hasil panen menggunakan karung dan keranjang  sebelumnya cabai dipisahkan terlebih dahulu antara cabai yang punya kualitas tinggi sampai rendah kemudian para petani mengirimkan cabai hasil panen ke pengepul dengan jalan kaki. Kemudian cabai yang telah terkumpul dipengepul dikirim ke STA dengan menggunakan mobil pick up untuk dijual ke konsumen.
3.      Sub Terminal Agribisnis (STA) Sewukan
Pasar Desa Sewukan adalah Sub Terminal Agribisnis (STA) yg merupakan pasar lintas kota dan termasuk pemasok kebutuhan pertanian secara grosir maupun eceran, serta mampu mengkover pemasaran komoditas sayuran dataran tinggi di Kab. Magelang secara keseluruhan, bahkan dari luar Kab. Magelang seperti  wortel dari Tawangmangu, kentang, kol dari Dieng. Selain pemasaran hasil pertanian, STA Sewukan juga mampu menyediakan kebutuhan sehari-hari  seperti sembako, pakaian dan saprodi (benih, pupuk, obat-obatan, mulsa dsb).
Awal mula berdirinya  Pasar  Desa Sewukan adalah atas prakarsa Bpk.H.R Sudiyono pada saat menjabat Kepala Desa (Periode tahun 1995-2003) akibat harga hasil panen komoditas pertanian  warga setempat selalu anjlok atau merugi. Pada akhir tahun 2000, Bpk Sudiyono dengan persetujuan masyarakat  Sewukan (melalui rapat LMD) membangun Pasar Desa diatas tanah bengkok seluas  4000 m2 untuk dijadikan tempat transaksi hasil panen warga. Pada tahun 2005 pemerintah memberikan berbagai  fasilitas bantuan melalui dana APBN TA 2005 dan mulai saat itu Pasar Desa Sewukan berubah nama menjadi STA Sewukan.
Seiring dengan perkembangan pasar yang semakin ramai sampai tahun 2009, dilakukan pembangunan kios-kios baru di Pasar Desa Sewukan dan tercatat 109 kios, 92 los, area bongkar muat 700 m2, area parkir  2000 m2, kantor pengelola, gapura, baleho, jalan masuk, paving, gerbang utama, mushola dan komposting. Ada sekitar 31 komoditas yang biasa dipasarkan, antara lain komoditas unggulan seperti cabe, tomat, kol, kentang, jagung, timun, terong, wortel , buncis dll yang biasa diproduksi sepanjang tahun, dengan volume rata-rata 200 ton per hari dan jumlah pengangkutan sekitar  170 -200 mobil, daerah asal Srumbung, Dukun, Kaliangkrik, Sawangan, Pakis, Ngablak, Dieng dengan tujuan distribusi lokal sampai Jakarta atau Batam.
Keberadaan Pasar Desa atau STA Sewukan mempunyai manfaat yaitu mampu meningkatkan kesejahteraan dan sumber daya masyarakat sekitar terutama petani, mampu menurunkan tingkat pengangguran di desa dan mampu menciptakan lapangan kerja baru dan menekan urbanisasi warga ke kota besar. Sedangkan manfaat STA bagi pemerintah desa sewukan adalah dapat meningkatkan pendapatan daerah, daerah menjadi dikenal oleh daerah-daerah lain dan dapat mudah dalam menjalin kerjasama dengan daerah lain. STA sekarang ini mempunyai jumlah anggota pedagang 300 sampai 400 orang dan tiap anggota pedagang mempunyai kartu anggota. Kartu anggota pedagang STA digunakan agar tidak ada pedagang-pedagang nakal yang melakukan penjualan produk-produk luar yang dapat merugikan warga setempat.
STA sampai saat ini masih dikelola oleh Bapak H.R Sudiono dibawah pengawasan Kepala Desa Sewukan Bapak Dedi Riswanto. Dalam mengelola STA Bapak Sudiyono dibantu oleh sekertaris Ika Inriani, bendahara Setyo Puji Lestari S.E. dan beberapa seksi yaitu seksi pungutan yang di pegang oleh Rintoko dan Murie, seksi parkir oleh Edi Kusnawan dan Rudiyanto, seksi kebersihan oleh Bapak Sukri dan seksi keamanan oleh LINMAS Desa Sewukan. Dari pengamatan yang telah dilakukan suasana yang ada di STA sewukan sangatlah ramai karena terjadi transaksi jual beli di setiap harinya dan  STA juga merupakan pasar yang mandiri karena dikelola oleh Desa sendiri bukan oleh pemerintah kecamatan maupun kabupaten.

E.       Pengenalan Kehidupan Sosial Ekonomi Petani
1.      Identifikasi Keluarga Petani
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa keluarga Bapak Suronto terdiri dari 4 orang anggota keluarga yaitu Bapak Suronto (42 tahun)  sebagai kepala keluarga dan bekerja sebagai buruh tani, Ibu Surti sebagai (41 tahun) bekerja sebagai buruh tanu, dan kedua anaknya yaitu Suyatman (24 tahun) dan Yuliati (21 tahun). Luas lahan yang di gunakan untuk menanam sawi adalah 400 m2 dengan rata-rata produksi 200 kg dengan harga Rp. 500,- sampai Rp. 1000,- per kg. Lahan yang digunakan untuk menanam tanaman cabai adalah 1000 m2 dengan rata-rata jumlah produksi 200 kg dan harga per kg adalah Rp. 5000,- sedangkan lahan yang digunakan untuk menanam timun adalah 1000 m2 dengan rata-rata produksi 2000 kg dengan harga Rp. 1000,- sampai Rp. 2000,- per kg.
2.      Keadaan  Penguasaan Lahan Musim tahun 2014
Keluarga Bapak Suronto mempunyai sawah dengan luas tanah garapan 1.400 m2 dengan rincian lahan garapan sendiri seluas 400 m2 dan sawah yang disakapkan seluas 1000 m2. Selain itu Keluarga Bapak Suronto juga mempunyai pekarangan milik sendiri seluas 2 m2, dan pekarangan tersebut dijadikan sebagai kolam ikan.



3.      Usaha Tanaman Semusim
Rincian dari tanaman semusim yang dimiliki oleh Keluarga Bapak Suronto adalah sebagi berikut :
Tabel 3.  Usaha Tanaman Semusim
Macam Tanaman
MK-1
MK-2
MH
Tanaman Sawi :
Luas tanam (m2)
Produksi (kg)
Bentuk hasil
Harga/satuan

400
200
Sawi
Rp. 500,-/kg

400
200
Sawi
Rp. 500,-/kg

400
100
Sawi
Rp. 1000,-/kg
Tanaman Cabe :
Luas tanam (m2)
Produksi (kg)
Bentuk hasil
Harga/satuan

1000
200
Cabai
Rp. 5000,-/kg


Tanaman Timun :
Luas tanam (m2)
Produksi (kg)
Bentuk hasil
Harga/satuan

1000
2000
Timun
Rp. 1000,-/kg

1000
2000
Timun
Rp. 2000,-/kg

















Tabel 4. Pola Pergiliran Tanaman
Lahan
Bulan

MH
MK I
MK II

10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Sawah
 
 
 

 
 

 





 


 







Keterangan :
          = Sawi
                    = Cabai
         = Timun
Tanaman yang digarap Bapak suronto berupa sawi, cabai dan timun. Tanaman sawi ditanam dan produksi setiap bulan, cabai mulai ditanam pada bulan Agustus dan panen pada bulan November. Sedangkan Timun ditanam pada bulan September hingga bulan januari dan pada hari ke 40 timun sudah bisa di panen.
4.      Biaya Sarana Produksi dan Biaya Lain-Lain
Keluarga Bapak suronto membutuhkan biaya produksi dan lain sejumlah Rp. 693.500,- untuk penanaman sawi  berupa pembelian benih pada musim kemarau dan musim hujan dalam sekali tanam ¼ kg seharga Rp. 25.000, pupuk urea 5 kg seharga Rp. 10.000 dan pupuk kandang 500 kg, pestisida 1 liter seharga Rp. 50.000, biaya tenaga kerja 5 orang dengan upah Rp. 250.000, pajak tanah senilai Rp. 75.000, hasil dari bagi hasil 1/3 senilai Rp. 33.500 dan biaya selamatan senilai Rp. 250.000.
Untuk penanaman timun membutuhkan biaya sejumlah Rp. 1.135.000 pada musim kemarau dan musim hujan denagn rincian pembelian benih pada musim kemarau dan musim hujan dalam sekali tanam ¼ kg seharga Rp. 35.000, pupuk urea 5 kg seharga Rp. 10.000 dan pupuk kandang 500 kg, pestisida 1 liter seharga Rp. 50.000, pajak tanah senilai Rp. 75.000, hasil dari bagi hasil 1/3 senilai Rp.1.30.000 dan biaya selamatan senilai Rp. 250.000.
Sedangkan untuk tanaman cabai membutuhkan biaya sarana produksi dan lain-lain  pada musim hujan dan kemarau sebesar  Rp. 1.120.000 deangan rincian pembelian benih pada musim kemarau dan musim hujan dalam sekali tanam ¼ kg seharga Rp. 200.000, pupuk urea 50 kg seharga Rp. 110.000 dan pupuk kandang 1000 kg, biaya tenaga kerja 5 orang dengan upah Rp. 250.000, pajak tanah senilai Rp. 75.000, hasil dari bagi hasil 1/3 senilai Rp.250.000. dan biaya selamatan senilai Rp. 250.000.
5.      Usaha Ternak
Selain sektor pertanian keluarga Bapak Suronto juga mempunyai ternak berupa sapi, kambing dan unggas. Jumlah sapi pada awal tahun adalah 1 ekor sedangkan kambing 2 ekor. Ternak unggas yang dimiliki Keluarga Bapak suronto berupa Ayam kampung dengan jumlah 6 ekor. Harga sapi pada awalnya Rp. 10.000.000 dan pada akhir tahun Rp. 18.000.000. Biaya yang diperlukan dalam perawatan sapi selama setaun berjumlah Rp.3.816.000. Sedangkan harga kambing pada awalnya Rp. 1000.000 ekor dan pada akhir tahun Rp. 2000.000 per ekor biaya perawatan yang dikeluarkan sejumlah Rp.3.816.000 setiap tahunnya.
6.      Pendapatan Luar Usaha Tani
Selain dari sektor pertanian dan peternakan keluarga Bapak suronto mendapat tambahan penghasilan dari usaha sampingan Bapak Suronto yaitu sebagai tukang batu dengan total pendapatan Rp. 500.000,- setiap ada pesanan.
7.      Kepemilikan
Asset yang dimiliki keluarga Bapak Suronto berupa sawah, pekarangan, ternak sapi, kambing dan ayam kampung. Total luas sawah yang dimiliki adalah 400 m2 dan mempunyai nilai Rp.40.000.000,-, pekarangan seluas 120 m2 senilai Rp. 14.400.000,- serta ternak sapi 1 ekor senilai Rp. 18.000.000, ternak kambing 2 ekor senilai Rp. 4.000.000, ternak ayam kampung 6 ekor senilai Rp. 3.000.000,. Asset lain yang dimiliki keluarga Bapak Suronto selain sawah dan ternak berupa sepeda motor dengan harga Rp. 5000.000, pekarangan seluas 120 m2 dengan harga Rp. 14.400.000 dan ikan 5 kg seharga Rp. 200.000,-.
F. Pengenalan Pertanian dalam Skala Industri
1. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya
Untuk praktikum kegiatan pengenalan pertanian dalam skala industri, tempat yang dikunjungi adalah Sabila Farm yang merupakan kebun budidaya buah naga. Di sektor agribisnis budidaya buah naga sangat menguntungkan di sektor industri, karena termasuk buah langka dan mempunyai nilai ekonomis tinggi. Berbicara masalah bisnis pertanian, memang masih sedikit peminatnya saat ini. Salah satu penyebabnya karena risiko bisnis pertanian cukup tinggi dibandingkan bisnis lain, dan juga anggapan beberapa orang yang menilai bisnis pertanian sama sekali tidak keren, identik dengan kotor, panas, dan minim uang. Apabila mendengar kata petani, maka yang sering muncul di benak adalah profesi yang tidak menjanjikan, susah, dan mengenaskan. Tetapi tidak semua petani di negeri ini berada dalam kondisi demikian. Salah satu contoh petani yang sukses adalah Pak Gun Soetopo. Pak Gun dan istrinya, Elly mulyati, memulai berkebun buah naga pada tahun 2006 dengan menyewa tanah desa seluas 6,5 hektar.
Dengan bendera Sabila Farm, perlahan usaha Pak Gun berkembang pesat. Pak Gun merupakan lulusan dari Institut Pertanian Bogor jurusan tanah yang memutuskan berhenti dari PNS dan menekuni usaha pertanian terutama di tanaman utamanya yaitu buah naga. Buah naga mempunyai kulit buah berwarna merah cerah, mempunyai daging buah berwarna putih atau merah gelap dengan biji sebesar biji sawi berwarna hitam. Seperti pelaku usaha lainnya, Pak Gun juga menghadapi berbagai kendala di awal merintis. Pak Gun mendapati tanah yang dia sewa penuh dengan batu padas. Berbekal pengetahuannya sebagai sarjana tanah, akhirnya pak Gun bisa menjinakkan tanah berbatu padas tersebut dan dalam kurun waktu satu tahun, tanaman buah naga sudah mulai berbuah. Hasil panen buah naga dia pasarkandi Yogyakarta, Bogor, dan Jakarta. Uniknya, Pak Gun sengaja tidak menjual buahnya di swalayan, dia ingin mengajarkan kepada penjual buah untuk ikut mengenalkan buah naga asli produk lokal yang berkualitas. Awalnya, banyak penjual yang meragukan produk Pak Gun karena harga jual yang lebih mahal. Alhamdulillah setelah dicoba dipasarkan, ternyata buah naga Pak Gun laris manis di pasar. Kualitas produk buah naga yang dihasilkan Pak Gun  telah menunjukkan bahwa buah lokal mempunyai cita rasa yang lebih enak daripada buah-buah impor. Saat ini Pak Gun kewalahan memenuhi permintaan dalam negeri. Belum lagi permintaan export dari luar negeri seperti Eropa dan Amerika Latin. Kebanyakan dari mereka sudah pernah berkunjung ke kebun Pak Gun secara langsung dan merasa cocok dengan kualitas buah naganya. Untuk menjaga keamanan kebun miliknya, Pak Gun melibatkan warga sekitar dengan sering mengadakan kegiatan sosial. Saat panen tiba, Pak Gun selalu membagi- bagi buah naga kepada warga sekitar.
Cara ini yang dilakukan Pak Gun untuk mendekati masyarakat sehingga bisa terjalin hubungan baik yang berdampak pada keamanan kebunnya.  Sabila Farm adalah merek kebun miliknya. Dengan Sabila Farm Pak Gun, berharap akan bisa mewujudkan cita-citanya yaitu  menjadikan Indonesia menjadi produsen hortikultura terbesar di Asia bahkan di dunia. Prestasi yang telah dicapai Pak Gun saat ini membuktikan bahwa bertani adalah pekerjaan yang mulia dan bisa mensejahterakan. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Pak Gun sering berkeliling ke daerah-daerah dengan biayanya sendiri, mengunjungi kelompok tani, perguruan tinggi, dan pemerintah daerah setempat. Dia sering menjadi pembicara di beberapa acara, dan menularkan pemikirannya, serta selalu mengajak masyarakat untuk lebih berfikir di luar kebiasaan. Hal yang sering disampaikan beliau adalah tentang profesi sebagai petani yang menjanjikan. Beliau selalu perpesan bahwa kalau anda menjadi petani, jadilah petani yang bermental pengusaha. jadi bukan hanya petani yang menanam saja, tetapi juga petani yang mampu memasarkan hasil panennya dengan harga yang layak.
2. Ruang Lingkup Kegiatan
Sabila Farm milik Pak Gun telah berkembang menjadi suatu tempat Agrowisata, tempat belanja buah-buah tropis, dan juga sebagai tempat pelatihan seputar pertanian. Sebagai tempat agrowisata, Sabila farm menawarkan perjalanan menyusuri kebun dengan beragam buah-buah eksotif, udara yang sejuk, serta pemandangan Gunung merapi yang indah. Menariknya lagi, anda juga bisa menikmati buah yang telah memasak dengan memetiknya langsung dari pohonnya. Selain itu ada juga layanan tour desa wisata dan aktivitas outdor seperti outbond dan permainan kerjasama tim. Sabila Farm juga menyediakan pelatihan seputar pertanian bagi anda yang ingin terjun di bisnis pertanian. Beberapa materi pelatihan yang biasa disampaikan adalah tentang pertanian organik, budidaya buah naga, budidaya sirsak, budidaya srikaya, budidaya delima, budidaya pepaya, manajemen agrowisata, swasembada pangan, dan pemasaran hasil pertanian. Selain itu,  juga bisa berbelanja buah yang kita sukai dengan memilihnya langsung dari kebun. Sabila Farm juga melakuakan penjualan secara online.


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.      Tanah terbentuk dari proses pelapukan bahan induk yang dipengaruhi oleh faktor iklim yang bersifat merusak seperti sinar matahari, suhu dan keadaan musim. Tanah merupakan bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik yang sangat penting peranannya bagi pertanian, karena tanah merupakan media tempat tumbuhnya tanaman dengan penyediaan hara dan air serta penopang pertumbuhan akar. Tanah memiliki lapisan-lapisan, dimana antar lapisan memiliki karakteristik fisik, kimia dan biologi yang berbeda-beda sehingga akan menentukan jenis tanah dan masing-masing lapisan memiliki kedalaman tertentu yang dapat menentukan tingkat kesuburan tanah.
2.      Teknik budidaya tanaman tahap pertamana adalah tahap pra-produksi meliputi kegiatan penyediaan bahan tanaman, pengolahan tanah, pengairan, pemupukan dan pengendalian OPT.
3.      Tahap produksi merupakan tahap ke dua dari budidaya tanaman meliputi serangkaian kegiatan panen dan pemeliharaan produk hasil panen.
4.      Tahap ketiga dari budidaya tanaman adalah tahap pasca panen meliputi kegiatan pengambilan tanaman yang dianggap sebagai produk sampai produk tersebut habis dikonsumsi atau dijual.
5.      Strategi dalam pembangunan perdesaan adalah dengan meningkatkan komitmen masyarakat untuk terlibat dan berpartisipasi dalam proses pembangunan. Pembangunan dalam sektor pertanian dapat diwujudkan dangan adanya pertanian yang berkelanjutan. Karakteristik sosial ekonomi berpengaruh signifikan terhadap tingkat penerapan sistem pertanian berkelanjutan pada budidaya tanaman. Selain itu pengalaman bertani dan pendidikan non formal juga berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat penerapan sistem pertanian yang berkelanjutan.
6.      Kontribusi sektor pertanian mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian indonesia. Apabila komoditas pertanian di olah lebih lanjut menjadi produk olahan kemudian diekspor, maka kondisi tersebut akan meningkatkan nilai tambah ekspor Indonesia jauh lebih tinggi. Dengan mendorong industri hilir berbasis produk pertanian selain untuk memperoleh nilai tambah, juga dimaksudkan untuk menampung migrasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Manfaat selanjutnya dari mengembangkan industri hilir yang kuat di sektor pertanian adalah meningkatkan daya saing industri pertanian kita di tingkat regional Asean dan global.
B.       Saran
Adanya kegiatan pengenalan pertanian dapat memberi banyak manfaat bagi mahasiswa terlebih lagi di lengkapi dengan pembuatan laporan secara individu sehingga mahasiswa biasa lebih memahami tentang pertanian tetapi kegiatan pengenalan pertanian serasa tidak efektif saat dilapangan dengan jumlah mahasiswa yang terlalu banyak suasana menjadi tidak kondusif dan materi yang disampaikan pada saat di lapangan tidak dapat terserap dengan baik oleh semua mahasiswa. Saran kami untuk kedepannya saat pengenalan pertanian dilapangan peseta atau mahasiswa dapat dibagi lagi kedalam kelompok yang lebih kecil supaya mahasiswa dapat lebih leluasa dalam mendengarkan ilmu yang disampaikan dan dapat  memahaminya serta mempunyai kesempatan lebih untuk bertanya mengenai banyak hal.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.Faktor Pembentuk Tanah
http:// geografitanah-fahmiastathi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 20.00 WIB.

Anonim.2012. Terbentuknya Tanah di Indonesia
http:// himtifapertauh.blogspot.com. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 20.00 WIB.

Anonim.2012.Tanah dan Penyebab Perbedaan Warna Tanah
http:// digilib.its.ac.id. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 20.00 WIB.

Anonim.2012. Tanah dan Proses Pelapukannya
http:// cerdas-berbagi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 20.30 WIB.

Anonim.2012.Tingkatan-Tingkatan Tanah
http:// repository.unhas.ac.id. Diakses pada tanggal 19 Januari 2015 pukul 20.10 WIB.

Anonim.2012.Unsur-Unsur Tanah
http:// rizka-agroteknologi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 20.00 WIB.

Anonim.2013.Pengertian dan Sejarah Teknuk Budidaya Tanaman
http://rentet.blogspot.com. Diakses pada tanggal 28 Januari pukul 03.01
WIB

Anonim 2015.Panel Petani Nasional
http :// pse.litbang.pertanian.go.id Diakses pada tanggal 28 Januari 2015 pukul 03.12 WIB

Anonim.2009.Reaksi Tanah
http:// geoenviron.blogspot.com. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 20.03 WIB.

Bale.2001.Struktur Tanah
http:// www.academia.edu. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 20.06 WIB.

Darmawijaya.1990.Dasar Ilmu Tanah
http:// h0404055.wordpress.com. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 21.00 WIB.

Feryanto.2010.Peran Agribisnis dalam Membangun perekonomian
http:// feryanto.wk.staff.ipb.ac.id Diakses pada tanggal 28 Januari 2015 pukul 03.17

Hanafi.2013.Sejarah Perkembangan Pembangunan Pertanian di Indonesia
http :// https://muhammadhanafisrg.wordpress.com  Diakses pada tanggal 28 Januari 2015 pukul 03.28 WIB.

Hardjowiguno.1992.Macam-Macam Tekstur Tanah
http:// dasar2ilmutanah.blogspot.com. Diakses pada tanggal 19 Januari 2015 pukul 19.00 WIB.

Hartono.2009. Pengaruh Suhu Terhadap Tanah
http:// fapet.ub.ac.id. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 20.00 WIB.

Khosim dan Lubis.2007.Tanah di Indonesia
http:// pussisunimed.wordpress.com. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 20.00 WIB.

Koorevoor.1987.Tagas dan Tidaknya Agegrat
http:// www.academia.edu. Diakses pada tanggal 19 Januari 2015 pukul 20.15WIB.

Rahmat dan Yani.2007.Dasar-Dasar Ilmu Tanah
http:// hilmanhilmawan3.blogspot.com. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 20.10 WIB.

Rusli.2014.Pembangunan Pertanian
http:// http://ruslhysyam-motivasi.blogspot.com  Diakses pada tanggal 28 Januari 2015 pukul 03.23 WIB.

Sutanto.2005.Kebun Lahan
http:// www.academia.edu. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 20.00 WIB.

Suyanto.2009. Ilmu Tanah  dan Pemupukan Kesuburan Perairan
http:// jefry-bp09.blogspot.com. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 19.45.00 WIB.

Tan.1995.Karatan Tanah
http:// www.academia.edu. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 20.00 WIB.


Teguh.2011.Budidaya Tanaman Pangan dan Holtikultura
http: http://teguhrz.blog.com Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 03.08 WIB.

Yuliyanti.2013.Profil Tanah
http:// dhyztii.blogspot.com. Diakses pada tanggal 28 Januari 2015 pukul
02.54 WIB.


 

  
LAMPIRAN

DSC_0010.jpg

DSC_0011.jpg

Gambar Pengolahan Tanah pada Budidaya Tanaman Cabai
 
DSC_0013.jpg
DSC_0014.jpg

DSC_0015.jpg

 DSC_0016.jpg
DSC_0017.jpg

DSC_0019.jpg

DSC_0020.jpg


Gambar Pengolahan Tanah Pada Budidaya Tanaman Cabai
 
 


DSC_0021.jpg

DSC_0022.jpg

DSC_0024.jpg


DSC_0025.jpg

DSC_0033.jpg

DSC_0034.jpg


Gambar Profil Tanah
 
 
DSC_0035.jpg

DSC_0037.jpg

DSC_0040.jpg

DSC_0041.jpg
DSC_0044.jpg

DSC_0045.jpg


Gambar Struktur Tanah
 
 
DSC_0046.jpg

DSC_0049.jpg
DSC_0051.jpg

DSC_0052.jpg

DSC_0053.jpg

DSC_0055.jpg


       Gambar Struktur Tanah
 
 
DSC_0057.jpg

DSC_0058.jpg

DSC_0059.jpg


DSC_0063.jpg

DSC_0065.jpg

DSC_0067.jpg


Gambar Pengukuran PH Tanah
 
 
DSC_0069.jpg

DSC_0070.jpg

DSC_0074.jpg


DSC_0077.jpg

DSC_0115.jpg

Gambar Ternak Milik Petani
 
DSC_0112.jpg
DSC_0116.jpgDSC_0113.jpg
DSC_0119.jpg
DSC_0138.jpg

DSC_0139.jpg

Gambar Panen Timun
 
DSC_0146.jpg
DSC_0148.jpg

DSC_0150.jpg

DSC_0153.jpg
DSC_0177.jpg

DSC_0182.jpg

Gambar Panen Timun
 
DSC_0184.jpg
DSC_0185.jpg

DSC_0187.jpg

DSC_0191.jpg
DSC_0200.jpg

DSC_0209.jpg

DSC_0220.jpg



Gambar Pasca Panen Timun
 
 
DSC_0223.jpg

DSC_0224.jpg

DSC_0228.jpg
DSC_0230.jpg

DSC_0234.jpg


DSC_0236.jpg



Gambar Pasca Panen Timun
 
 
DSC_0238.jpg

DSC_0240.jpg

DSC_0248.jpg
DSC_0257.jpg

DSC_0259.jpg

Gambar Pasca Panen Timun
 
DSC_0263.jpg
DSC_0266.jpg

DSC_0272.jpg

DSC_0274.jpg
DSC_0276.jpg

DSC_0280.jpg

DSC_0281.jpg


Gambar Pasca Panen Timun
 
 
DSC_0283.jpg

DSC_0287.jpg

DSC_0288.jpg


DSC_0397.jpg

DSC_0416.jpg

DSC_0417.jpg


Gambar Wawancara dengan Pedagang di STA
 
 
DSC_0418.jpg

DSC_0420.jpg

DSC_0424.jpg
DSC_0425.jpg

DSC_0426.jpg

Gambar Wawancara dengan Pedagang di STA
 
DSC_0427.jpg
DSC_0428.jpg

DSC_0430.jpg

DSC_0432.jpg


DSC_0506.jpg

DSC_0508.jpg

Gambar Kunjungan di Sabila Farm
 
DSC_0512.jpg
DSC_0515.jpg

DSC_0519.jpg

DSC_0520.jpg

DSC_0522.jpg

DSC_0523.jpg

Gambar Kunjungn di Sabila Farm
 
DSC_0525.jpg
DSC_0530.jpg

DSC_0535.jpg

DSC_0537.jpg



Tidak ada komentar:

Posting Komentar